Robohnya Tol Becakayu, Komisi V DPR Desak Audit Khusus

Robohnya Tol Becakayu, Komisi V DPR Desak Audit Khusus

JAKARTA - Kecelakaan kerja dalam proyek infrastruktur kembali terjadi. Tiang grider Tol Becakayu ambruk pada Selasa (20/2) dini hari. Sebanyak 7 orang pekerja menjadi korban. Ketujuh korban tersebut saat ini dalam keadaan kritis di RS UKI Jakarta Timur. Proyek Jalan Tol Becakayu merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dikerjakan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk, mulai tahun 2014 dengan nilai kontrak Rp 7,23 triliun dan memiliki panjang ruas 11 km. Atas tragedi tersebut, anggota Komisi V DPR-RI, Nizar Zahro, mengaku prihatin. Apalagi kecelakaan kembali terjadi pada proyek infrastruktur yang digarap pemerintah. \"Bukan kali ini saja terjadi kecelakaan pada proyek infrastruktur. Ini sudah yang kesekian kalinya, dari rentetan kecelakaan yang pernah terjadi. Dan setiap kecelakaan, selalu saja para pekerja rendahan yang menjadi korban,\" ujar Nizar. Nizar mengungkapkan, bulan ini saja sudah tiga kali terjadi kecelakaan kerja. Pertama, jatuhnya crane pada proyek double-double track di Jatinegara Jakarta Timur pada 4/2/2018, yang mengakibatkan 4 pekerja. Kedua, ambruknya dinding di Perimeter Bandara Soekarno Hatta sesaat setelah dilewati Kereta Bandara, terjadi pada 5/2/2018 dan mengakibatkan 1 orang pelintas tewas dan 1 orang kritis. Dan ketiga, ambruknya tiang pancang Tol Becakayu, terjadi pada Selasa (20/2), yang mengakibatkan 7 pekerja kritis. Sedari awal, kata Nizar, sudah banyak pihak yang mengkritik pengerjaan proyek yang dilakukan secara kalap dan tergesa-gesa. Tenaga rakyat kecil dipacu untuk memenuhi ambisi presiden. \"Proyek dikebut siang dan malam untuk mengejar acara peresmian oleh Presiden,\" katanya. Tersedih lagi, meskipun sudah berkali-kali jatuh korban, namun tidak ada evaluasi yang dilakukan. Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu, sebuah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa pemerintah tidak memperdulikan hujan kritik dari masyarakat. Proyek-proyek pun terus dikerjakan, dengan tidak mengindahkan keselamatan pekerja dan masyarakat yang melintas. \"Nyawa rakyat yang sama-sama dihargai dengan murah, karena yang terpenting proyek harus selesai sesusai target. Bila di era kolonial, bila ada pekerja yang lambat maka akan dihukum cambuk. Sementara di era sekarang, pekerja yang terkesan lambat bisa terancam dipecat. Cara kerja di bawah tekanan super berat itulah yang menjadikan pekerja kehilangan kemampuan terbaiknya, sehingga menghasilkan proyek infrastruktur berlabel asal jadi,\" tuturnya. \"Saya mewakili komisi V DPR, meminta untuk dilakukan audit khusus, untuk mengetahui penyebab pastinya. Karena, salah satu tugas Komite Keselamatan Konstruksi adalah melakukan investigasi atas kecelakaan konstruksi,\" sambung Nizar. Lebih lanjut, Nizar berpesan, para pekerja yang sedang menggarap proyek untuk selalu waspada. Jangan sampai menjadi korban yang berikutnya. Para masyarakat yang melintas atau sedang mamakai proyek infrastruktur, juga harus hati-hati. Pemerintah sebagai penanggung jawab proyek, bukalah hati nurani Anda. Sudah banyak korban berjatuhan. Sementara itu, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, sebagai kontraktor proyek, menyampaikan rasa empati kepada korban beserta keluarga. Waskita juga telah berkoordinasi dengan aparat dan pihak berwajib untuk menangani masalah ini. \"Saat ini pun kami sedang lakukan investigasi secara internal maupun oleh pihak kepolisian, untuk mendapatkan data dan informasi mengenai peristiwa tersebut. Diharapkan, hasilnya sudah keluar dalam waktu 1x24 jam,\" kata Dono Parwoto, Kepala Divisi III PT Waskita Karya (Persero) Tbk. \"Kami ingin meluruskan bahwa bukan tiang pancang/tiang penyangga yang roboh, seperti pemberitaan. Tetapi bekisting pierhead yang ambruk,\" tambahnya. Atas kejadian ini, Waskita telah melakukan evakuasi terhadap 7 korban luka dan sudah dilakukan penanganan di RS UKI. “Pihak manajemen sangat menyesal atas kejadian ini. Untuk penanganan terhadap korban, pun telah kami lakukan,” jelas Dono Parwoto. (zain)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: