Pemkot Terlambat Antisipasi Perkembangan BIJB
CIREBON - Kehadiran Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) akan menjadi pintu masuk baru ke Cirebon. Pariwisata, pelaku seni dan budaya hingga bisnis perhotelan mulai merancang strategi. Bersamaan dengan itu tengah dibangun akomodasi hotel di atas lahan 3,7 hektare. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak pada perputaran bisnis hotel di Kota Cirebon yang selama ini masih menjadi tujuan para wisatawan. Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (DKOKP) Kota Cirebon Dana Kartiman mengatakan, respons pemerintah terlalu lamban menghadapi pembangunan BIJB, bahkan cenderung biasa saja tanpa ada antisipasi. Bisa dibayangkan, saat hotel beroperasi nanti, sebut saja calon penumpang dari Solo, Jogjakarta, Cilacap, Losari, Brebes yang biasa transit menginap di Cirebon bisa saja memilih hotel yang lebih dekat di kawasan bandara. \"Seharusnya pejabat daerah datang dan bertanya master plan-nya akan dibuat seperti apa sambil membuat antisipasi untuk tiap wilayah,\" kata Dana kepada Radar. Selama ini Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) terbesar berasal dari sektor pariwisata. Dengan kehadiran hotel di lingkungan bandara, tentu akan menjadi ancaman untuk Kota Cirebon. Bukan tidak mungkin PAD dari sektor ini bisa berkurang drastis. Sementara itu General Manager Ibis budget Hotel Cirebon Ricky Coen Arifin tak menampik dampak yang ditimbulkan dari kawasan perhotelan di BIJB. Kamar hotel di area bandara diprediksi bakal ramai dengan okupansi tinggi, sebab keduanya saling melengkapi. Bila harus menginap, kata Ricky, calon penumpang pastinya menginginkan hotel terdekat untuk menghemat waktu. Sama halnya di Bandara Soekarno-Hatta yang tingkat hunian kamarnya tinggi dan tidak bisa diantisipasi oleh pelaku bisnis perhotelan di sekitarnya. \"Di Cirebon kerja sama antar daerahnya juga kurang, jadi akhirnya berdampak pula pada upaya antisipasi seperti ini,\" kata Ricky. Ricky mengusulkan, satu-satunya cara yang harus dilakukan saat ini adalah membuka lahan corporate dan industrial. Termasuk wahana pariwisata, sehingga Ciayumajakuning tetap menjadi daerah tujuan. Begitu juga moratorium untuk perizinan hotel-hotel baru. Persaingan yang semakin ketat mau tak mau membutuhkan antisipasi yang tepat. \"Harusnya dengan adanya bandara dan tol terbuka peluang baru, kenyataannya semakin sulit,\" ucapnya. (tta)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: