Sakit, Seorang Pengungsi Asal Desa Pinara Meninggal
KUNINGAN-Seorang pengungsi asal Dusun Jatimulya, Desa Pinara, Kecamatan Ciniru bernama Mulyadi (60) meninggal dunia di rumah kontrakan anaknya di Desa/Kecamatan Ciniru, Jumat (2/2) sekitar pukul 17.00. Pria yang kerap dipanggil Abah oleh tetangganya itu sebelumnya hanya mengalami sakit biasa. Bahkan dia sempat ikut mengungsi bersama warga lainnya ke rumah Juari, warga Lengkong, Kecamatan Garawangi. Kemungkinan besar kejadian bencana alam yang menimpa desanya dan mengharuskannya mengungsi, menjadi bahan pemikiran Abah Mulyadi. Berita meninggalnya Abah Mulyadi, dibenarkan Juari. Menurut dia, almarhum meninggal di rumah salah satu anaknya yang mengontrak di Ciniru. Dia juga merasa kaget mendengar tetangganya saat tinggal di Pinara tersebut meninggal dunia. Sebab beberapa hari sebelumnya, kondisi Abah Mulyadi masih sehat-sehat saja. “Kata tetangga saya, almarhum tidak menderita sakit parah. Dia hanya sakit biasa saja. Tapi menurut perkiraan, almarhum trauma dengan dengan kejadian yang berlangsung di desanya sampai harus mengungsi. Mungkin peristiwa itu menjadi bahan pemikirannya hingga jatuh sakit,” tutur Juari kepada Radar. Guru SMKN 5 Ciawigebang itu menerangkan, sebelum ikut anaknya dan meninggal, almarhum sempat tinggal beberapa hari di rumahnya ketika gelombang pengungsi keluar dari Desa Pinara. Sebelum ikut ke rumahnya, Abah Mulyadi sempat tinggal di lokasi pengungsi yakni Gedung PGRI Ciniru. “Saat saya menjemput ayah angkat di lokasi pengungsian, almarhum dan keluarganya ikut ke rumah saya. Saya senang saja bisa membantu. Selain almarhum, di rumah saya ada sekitar 20 jiwa yang tinggal sementara. Dan selama di rumah saya, Abah Mulyadi nampak sehat dan tak pernah mengeluh sakit. Sehingga begitu mendengar kabar Abah Mulyadi meninggal, saya dan keluarga juga kaget,” sebut pendidik berperawakan kurus tersebut. Sementara itu, ratusan warga Dusun Ragawangsa dan Hujungan, Desa Situgede, Kecamatan Subang terpaksa harus mengungsi setelah permukimannya diterjang longsor dan pergerakan tanah. Kejadian ini berlangsung lima hari lalu ketika hujan deras. “Ada dua dusun yang terpaksa harus mengungsi. Yakni Dusun Ragawangsa dan Hujungan. Untuk Dusun Ragawangsa, jumlah warga yang mengungsi sebanyak 31 kepala keluarga (KK) atau 100 jiwa. Warga sendiri masih bertahan di lokasi pengungsian yaitu di madrasah dan rumah warga yang kondisinya cukup aman,” papar Ahmari. Di Dusun Ragawangsa, kata dia, 11 rumah mengalami kerusakan akibat pergerakan tanah. Kemudian sebanyak 20 rumah dan satu masjid saat ini kondisinya terancam oleh pergerakan tanah. Warga sendiri tidak berani tinggal di rumahnya dan memilih berada di pengungsian. “Jumlah rumah yang mengalami kerusakan akibat kejadian ini sebanyak 11 rumah. Puluhan lainnya terancam oleh pergerakan tanah. Di tempat pengungsian, warga kami membutuhkan bantun sembako, kasur selimut dan juga peralatan mandi. Kemarin sudah ada bantuan dari Uniku dan juga Rumah Keluarga Indonesia (RKI),” papar dia. Salah seorang warga, Dasiti menceritakan kejadian yang pergerakan tanah yang membuat rumahnya mengalami kerusakan. Peristiwa itu berlangsung lima hari lalu ketika hujan deras sejak pukul 15.00. Selepas magrib atau sekitar pukul 18.30, dia bersama suaminya, Karsudi dan anaknya bernama Anissa mendengar suara blutak-bletak. Setelah ditelisik rupanya ada pergerakan tanah di rumahnya. “Suami, saya dan anak langsung menyelamatkan diri begitu melihat rumah sudah mengalami retak-retak. Alhamdulillah saya dan keluarga selamat dari kejadian itu,” ungkapnya. Ketua Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Kabupaten Kuningan, Rum Esti Riyandhi SP menambahkan, pihaknya sudah dua hari ini hilir mudik mengantarkan bantuan bagi warga Desa Situgede yang terkena musibah. Bantuan yang diberikan setidaknya bisa meringankan beban warga. “Kami beberapa hari ini bolak-balik ke Situgede untuk mengantarkan bantuan. Warga di sini membutuhkan bantuan. Yang diserahkan RKI berupa sarung, alat mandi, air mineral, beras dan lainnya yang dibutuhkan masyarakat,” ujarnya. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: