Atap Sudah Bocor, Tiga Kali Diajukan, Gagal Dapat Rutilahu, Dihuni Tiga Keluarga

Atap Sudah Bocor, Tiga Kali Diajukan, Gagal Dapat Rutilahu, Dihuni Tiga Keluarga

CIREBON-Tiga kali diajukan mendapat bantuan rumah tidak layak huni (rutilahu), Wardi (31), warga RW 03, Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon harus gigit jari. Rumahnya yang sudah puluhan tahun rusak, sudah semakin parah. Genting dan atap sudah bocor di mana-mana, kusen sudah keropos, dinding juga sudah lapuk. “Makin parah sekarang-sekarang ini, karena hujan terus kena banjir sampai lima kali dalam sebulan,” kata Wardi, saat ditemui Radar, Minggu (4/3). Saat hujan, hatinya selalu cemas. Apalagi kalau bukan karena balok kayu yang menyangga atap rumahnya yang sudah keropos dimakan rayap. Dia khawatir, sewaktu-waktu bisa ambruk. Rumah Wardi sendiri dihuni oleh tiga keluarga, keluarga Kakaknya Mumin, keluarga Ayahnya, Maktubi dan keluarganya sendiri. “Saya sendiri sama keluarga tinggal di satu kamar,” ucap pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh di tempat pembuatan batako tersebut. Total ada delapan jiwa yang menghuni rumah tersebut. Ayahandanya, Maktubi (90) masih tinggal di rumah tersebut. Saat ini hanya terbaring di kasur karena sakit. Kalau hujan tiba, dia harus siap-siap mengungsi. Karena atap banyak yang bocor. Apalagi kali di belakang rumahnya sering meluap. “Kemarin saja sampai masuk rumah 50 sentimeter,” sebutnya. Dia sendiri sebenarnya tak tinggal diam. Bersama kakaknya, Wardi mencoba menabung dari hasil kerja. Dari tabungan itu dia mulai mencoba membeli bahan bangunan. Penghasilan Wardi dan Kakaknya, hasil dari upah buruh itu rata-rata hanya Rp30 ribu. Paling banyak bisa mendapat Rp50 ribu per hari. “Ya jujur saja, kalau dari tabungan juga belum cukup. Kadang habis buat keperluan sehari-hari,” ucapnya. Ketua RW 03 Kalijaga Saiko KS mengaku, hampir patah arang membuat proposal rutilahu. Proposal itu dia ajukan ke Kementerian Perumahan Rakyat melalui Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Keluarahan Kalijaga. “Sudah dua kali diajukan, sampai bosen belum dapat-dapat. Saya jadi malu sama warga nanyain terus. Terakhir kemarin pas waktu banjir ada Bamunas ke sini, cuma data saja bahan-bahan yang dibutuhkan tapi sampai sekarang belum dikirim. Jadi sudah tiga kali diajukan belum dapat-dapat,” katanya. Menurut dia, kerusakan rumah Wardi termasuk cukup parah. Karena kusen atap rumahnya sudah keropos. Dia sendiri khawatir sewaktu-waktu atap rumah tersebut roboh. Apalagi rumah tersebut sudah berumur 30 tahun. Pembuatanya seadanya, bahan-bahan dinding rumah hanya campuran pasir, kapur dan sedikit semen. “Bangunan lama ini, semennya cuma sedikit, banyak pasir. Jadi cepet lapuk,” katanya. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: