Serangan 105 Rudal Amerika Serikat, Inggris, Perancis ke Suriah, Apa Targetnya?
SURIAH-Kekuatan militer gabungan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis menyatakan telah melakukan serangan ke sejumlah lokasi di Suriah. Sebagaimana dihimpun radarcirebon.com dari US-led strikes on Syria: What was targeted? Secara total militer gabungan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis mengklaim sudah meluncurkan 105 rudal. Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, mengatakan AS dan sekutunya telah mengambil \"aksi yang tepat\" terhadap \"infrastruktur senjata kimia\" pemerintah Suriah. Rangkaian serangan itu terjadi satu pekan setelah dugaan serangan kimia ke Douma—kota yang dikuasai kelompok pemberontak. Meski demikian, pemerintahan Presiden Bashar al Assad membantah pernah menggunakan senjata kimia. Adapun Rusia, sekutu utama Suriah, mengatakan bukti-bukti dugaan serangan ke Douma yang menjadi dasar gempuran ke Suriah \"sengaja dibuat\". Ketua Gabungan Kepala Staf AS, Jenderal Joseph Dunford, mengklaim pihak sekutu telah meluncurkan rangkaian rudal yang mengenai dan menghancurkan tiga target \"yang secara spesifik berkaitan dengan program senjata kimia milik rezim Suriah\". Rudal-rudal itu dilesatkan dari sejumlah pesawat jet tempur dan beberapa kapal perang yang berada di Laut Merah, sebelah utara Teluk, dan bagian timur Laut Mediterania. 1. Pusat riset dan pengembangan Barzeh, Damaskus Lembaga yang merupakan cabang dari Pusat Riset dan Kajian Sains (SSRC) ini berada di Distrik Barzeh, sebelah utara ibu kota Suriah. Menurut Jenderal Dunford, lembaga ini berfungsi sebagai \"pusat riset, pengembangan, produksi, serta pengujian teknologi senjata kimia dan biologi\". Letnan Jenderal Kenneth McKenzie selaku direktur Staf Gabungan militer AS mengatakan, sebanyak 76 rudal telah diarahkan ke lokasi tersebut. Rinciannya, 57 rudal jelajah Tomahawk dan 19 rudal yang ditembakkan dari pesawat. \"Tinjauan awal adalah target ini telah hancur. Akibatnya program senjata kimia Suriah bakal mundur beberapa tahun ke belakang,\" ujarnya. Kantor berita pemerintah Suriah melaporkan sejumlah rudal telah mendarat di lokasi SSRC sehingga \"menghancurkan sebuah gedung, termasuk laboratorium sains dan pusat pelatihan\". SSRC merupakan lembaga pemerintah yang secara resmi ditugasi mengembangkan dan mengoordinasikan kegiatan sains di Suriah. Akan tetapi, sebuah badan intelijen dari salah satu negara Barat mengatakan kepada BBC pada Mei 2017 bahwa cabang SSRC di Barzeh—kemudian satu di Dummar (Jamraya) dan lainnya di Masyaf, Provinsi Hama—dipakai memproduksi senjata kimia dan biologi sekaligus melanggar Konvensi Senjata Kimia (CWC). Badan intelijen tersebut menengarai bahwa fasilitas di Barzeh secara khusus digunakan untuk memasang muatan senjata kimia pada rudal jarak jauh dan artileri. Kegiatan pembuatan dan perawatan amunisi itu berlangsung di bagian yang tertutup sehingga luput dari jangkauan para inspektur OPCW (Organisasi Pelarangan Senjata Kimia). AS sejatinya pernah memberlakukan sanksi ekonomi kepada 217 karyawan SSRC yang disebut \"punya keahlian kimia dan disiplin ilmu terkait dan/atau pernah bekerja mendukung program senjata kimia SSRC sejak setidaknya 2012\". Walau adanya tuduhan-tuduhan itu, OPCW melaporkan bahwa pihaknya telah menjalankankan dua pemeriksaan di fasilitas Barzah dan Dummar (yang juga dikenal dengan nama Jamraya) pada Februari dan November 2017. Dari pemantauan tersebut, OPCW mengaku tidak menemukan \"aktivitas apapun yang tidak sejalan dengan kewajiban-kewajiban sebagaimana diatur CWC\". 2. Lokasi penyimpanan senjata kimia Him Shinshar, sebelah barat Homs Ketua Gabungan Kepala Staf AS, Jenderal Joseph Dunford, mengatakan bahwa AS meyakini ini adalah \"lokasi utama pembuatan Sarin di Suriah beserta perlengkapan produksi bahan bakunya\". Disebutkan Letnan Jenderal Kenneth McKenzie selaku direktur Staf Gabungan militer AS, sebanyak 22 rudal mengenai lokasi ini dengan rincian sembilan rudal Tomahawk AS, delapan rudal Storm Shadow milik Inggris, serta lima rudal jelajah dan dua rudal SCALP milik Prancis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: