Olympique Marseille vs Atletico Madrid, Saatnya Akhiri Kutukan

Olympique Marseille vs Atletico Madrid, Saatnya Akhiri Kutukan

LYONEl Pupas atau Yang Terkutuk. Label itu yang menempel dan membebani Diego Simeone dalam tujuh tahun periode kepelatihannya di Atletico Madrid. Di antara dua final di pentas Eropa terakhir bersama Atleti, Simeone selalu apes alias kalah. Setali tiga uang dengan Atleti, garis nasib Olympique Marseille pun tak kalah suram. Dua edisi final yang dijalani, Marseille selalu bertekuk lutut kepada lawannya. Karena itulah, final Liga Europa dini hari nanti (17/5) di Parc Olympique Lyonnais akan jadi upaya memutus lingkaran kesialan bagi Marseille, juga Atleti (siaran langsung SCTV/beIN Sports 1 pukul 01.45 WIB). Selain itu, kemenangan di Liga Europa membuat mereka akan tampil di Liga Champions musim 2018-2019 mendatang. Penyerang Atleti, Antoine Griezmann kepada UEFA kemarin (15/5) mengatakan, kemenangan di final Liga Europa akan sangat berarti baginya. Apalagi, sejak bergabung dengan Los Colchoneros musim panas 2014 lalu, Grizzi cuma punya satu trofi, yakni Piala Super Spanyol 2014. “Kemenangan di laga ini akan menambah koleksi trofi saya bersama Atleti. Saya memiliki kesempatan menang di Liga Europa musim ini dan saya ingin sekali memenanginya,” kata pemain 27 tahun itu kepada UEFA. Puasa trofi Grizzi bersama Atleti selama empat tahun ini bisa saja berakhir lebih cepat dua tahun lalu. Sayang, di final Liga Champions 2015-2016, Atleti kalah oleh Real Madrid dalam adu penalti dengan skor 3-5. Pada waktu normal, Atleti bermain imbang 1-1. Grizzi termasuk yang \'menanggung dosa\' atas kekalahan Atleti pada final yang tergelar San Siro Milan itu. Eksekusi penalti Grizzi di menit ke-48 mengenai tiang gawang Real. Entrenador Atleti, Diego Simeone mengatakan, tugasnya akan digantikan asisten German Burgos di pinggir lapangan. Oleh UEFA, pria 48 tahun itu kena hukum larangan mendampingi Atleti untuk empat laga level Eropa dan berlaku sejak leg kedua semifinal 4 Mei lalu. Meski tak menunggui timnya, eks pelatih River Plate tersebut mengingatkan agar skuadnya konsentrasi bukan hanya selama 90 menit. Melainkan sampai laga usai. Simeone masih ingat betapa perihnya kekalahan Atleti saat dijebol bek Real Madrid Sergio Ramos menit 90+3 di final Liga Champoions 2013-2014 lalu. “Menit-menit akhir pertandingan final akan senantiasa krusial. Bisa saja keseluruhan kisah perjalanan semusim ditentukan oleh waktu-waktu itu,” tutur Simeone. Meski apes di kancah Liga Champions, namun Simeone nasibnya lebih beruntung di Liga Europa. Pada musim pertamanya, 2011-2012 lalu, Simeone membawa Atleti juara di Liga Europa. Entraineur Marseille, Rudi Garcia kepada UEFA kemarin berujar, Atleti jelas lebih favorit dibandingkan timnya. Terlepas dalam dua final Liga Champions yang dilakoni Atleti, mereka selalu kalah di tangan Real Madrid. “Dua final dalam empat tahun terakhir di Liga Champions bukan prestasi sembarangan. Dan Atleti belum lama memenangi Liga Europa. Jadi, lawan kami adalah tim papan atas Eropa,” kata eks pelatih AS Roma. “Meski peluang kami juara kecil, kami akan mencobanya,” tambah Garcia. Sementara itu, bek Marseille Adil Rami sangat antusias untuk final Liga Europa kedua sepanjang karirnya. Setelah sukses bersama Sevilla 2015-2016 lalu, bek 32 tahun itu bermimpi mengangkat trofi Liga Europa lagi. (dra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: