Satu Tembakan Tiap Satu Pekan di Kota yang Religius

Satu Tembakan Tiap Satu Pekan di Kota yang Religius

TEXAS-Kasus penembakan sekolah di Amerika Serikat terjadi lagi. Kali ini, tragedi mengerikan itu menyasar pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Santa Fe, di Santa Fe, sebuah kota kecil di Texas, AS, yang dideskripsikan oleh The New York Times sebagai kota yang religius. Baca: Penembakan Brutal di SMA Santa Fe Texas, 10 Orang Tewas Perhitungan yang dilakukan CNN meyakini bahwa penembakan di SMA Santa Fe adalah yang ke-22 kalinya pada tahun ini. Sejumlah kategori yang digunakan CNN dalam mengumpulkan data antara lain, setidaknya ada satu korban meninggal dunia (tidak termasuk penembak) dalam kejadian ini, penembakan terjadi di dalam sekolah, dan termasuk kekerasan domestik dan perkelahian. Jika angka ini dirata-ratakan dengan jumlah pekan yang sudah dilalui selama 2018, maka setidaknya ada satu kali penembakan setiap pekannya di sekolah di AS. The Washington Post menjabarkan perhitungan yang berbeda, dengan menyebut penembakan di Santa Fe adalah yang kedua pada pekan ini, ketiga pada bulan ini, dan ke-16 pada tahun ini. Data yang dipaparkan mengurut seluruh 220 penembakan di sekolah yang pernah terjadi di AS sejak April 1999. Salah satu kategori yang dimasukkan dalam perumusan datanya adalah penembakan dengan senjata api yang terjadi di sekolah dasar hingga menengah pada jam sekolah. Selain itu, data yang dimuat juga tidak Kategori ini yang kemudian membuat perhitungan data The Washington Post berbeda satu kejadian dengan CNN. Sebab, pada catatan kejadian yang dibuat CNN, terdapat salah satunya, tragedi penembakan di SMA Highland High, Palmdale, California, oleh salah seorang bekas muridnya, pada saat jam sekolah belum dimulai, 11 Mei 2018. Satu catatan penting, dua data ini sama-sama menyimpulkan bahwa tragedi penembakan di sekolah yang terjadi sepanjang 2018 adalah yang terbanyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Terlepas dari berapa banyaknya kasus penembakan di sekolah, data yang dihimpun The Washington Post juga menyimpulkan bahwa lebih dari 85 persen penembak mendapatkan senjata api dari rumahnya atau meminjam dari kerabat terdekat. Penembak termuda dari seluruh kejadian ini adalah bocah laki-laki berusia enam tahun, yang membunuh teman perempuan sekelasnya setelah mengungkapkan perasaan tidak sukanya. Tujuh dari sepuluh penembak di sekolah tercatat berusia di bawah 18 tahun. Dengan kata lain, kejadian ini juga melibatkan tanggung jawab orang dewasa yang telah lalai membiarkan anak-anak ini memiliki akses kepada senjata mematikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: