Buruh Tani Berkurang, Pakai Tenaga Luar Daerah
CIREBON - Memasuki musim tanam gadu, pemilik sawah mulai kekurangan buruh tani. Kekurangan tenaga itu merata di sejumlah daerah di sentra pertanian wilayah Kabupaten Indramayu bagian barat (Inbar). Seperti di Kecamatan Gabus Wetan. Sampai-sampai petani di sana terpaksa memanfaatkan kelompok buruh tani luar daerah yakni dari Kabupaten Subang. Mereka biasanya melayani penanaman padi secara massal sesuai panggilan. “Kalau tenaga untuk derep (panen padi, red) kita gak kerepotan, di sini banyak yang mau. Tapi untuk tenaga tanam bibit padi, buruh taninya ambil dari Subang,” ungkap Yono, salah seorang pemilik sawah di Desa Babakan Jaya. Kelangkaan buruh tani ini, lanjut dia sudah dirasakan sejak beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebabnya, minimnya minat generasi muda yang terjun di sektor pertanian menurun drastis seiring meningkatnya tingkat pendidikan di Indramayu. Hal ini bisa dilihat mayoritas buruh tani didominasi oleh generasi yang usianya sudah di atas 40 tahun dan hanya berpendidikan setingkat SD. “Generasi muda saat ini banyak yang menggangap petani ada pekerjaan kasta rendah. Jadi mereka lebih memilih pekerjaan lain atau merantau ke kota besar menjadi buruh pabrik,” jelas dia. Mirisnya, yang lulus dari Fakultas Pertanian memilih menjadi PNS dan tidak ada yang mau menjadi petani. Padahal orang tuanya adalah petani. Petani lainnya, Tata menuturkan kurangnya pembiasaan anak dalam membantu orang tua bekerja di sawah baik sebagai petani maupun sebagai buruh tani, dimungkinkan pula menjadi penyebab makin berkurangnya regenerasi buruh tani di Indramayu. Sehingga para anak petani atau buruh tani merasa dimanjakan untuk tidak terjun ke sawah. “Faktor penghasilan juga mempengaruhi minat para kaum muda untuk tidak bekerja sebagai buruh tani. Mereka masih menganggap hasil sebagai buruh tani lebih rendah dibanding menjadi buruh lainnya,” tandas dia. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: