Warga Kuningan Rindu Operasi Pasar Ramadan
Bulan suci Ramadan sudah memasuki hari ke tujuh, namun belum ada tanda-tanda Pemkab Kuningan bakal menggelar operasi pasar ke desa-desa. Padahal di bulan Ramadan tahun lalu, hampir sebulan penuh dilangsungkan operasi pasar oleh Bagian Ekonomi Setda bekerja sama dengan bank bjb, Hiswana Migas, Pertamina dan Bulog. Tapi pasca Kabag Ekonomi Setda itu berganti, program yang ditunggu masyarakat itu ternyata belum ketahuan akan dilaksanakan atau tidak. Agus Panther, Kuningan TUTI masih ingat betul jika tahun lalu dia bisa mendapatkan aneka bahan sembako dengan harga lebih murah dibanding dengan di pasar. Caranya, dia bersama warga lainnya mendatangi lokasi pasar murah yang digelar Bagian Ekonomi Setda. Dari tempat operasi pasar, Tuti maupun warga lainnya bisa mendapatkan minyak kemasan, telur, tepung terigu, beras, gas elpiji, daging bahkan sampai bawang merah dan bawang putih. Soal harga, Tuti merasa lebih murah ketimbang dia membeli di pasar atau di warung langganannya. Alhasil selama bulan Ramadan tahun lalu, dia sering mengunjungi beberapa tempat yang dilaksanakan operasi pasar. Ibu tiga anak itu memilih datang ke lokasi pasar murah karena ingin mengirit pengeluaran selama bulan Ramadan. Ditambah lagu bahan pokok yang dijual di pasar murah sangat membantu kebutuhan sehari-hari keluarganya yang berpenghasilan pas-pasan. “Kalau tahun lalu, sering ada operasi pasar sampai ke desa-desa. Ada beberapa mobil yang mengangkut bahan pokok. Warga sendiri sangat terbantu dengan adanya operasi pasar karena harganya lebih murah ketimbang di pasar biasa. Tapi sekarang kok belum kedengar bakal ada operasi pasar, padahal puasa sudah lewat tujuh hari,” katanya. Hal senada juga diutarakan Sunarsih, warga Kecamatan Maleber. Dia terkesan dengan langkah Pemkab Kuningan saat itu di mana sangat respons dengan kondisi warganya untuk pemenuhan kebutuhan pokok selama bulan Ramadan. Saat itu, pemkab sangat intens menyambangi desa-desa untuk menjual bahan pokok dengan harga terjangkau. “Sempat ikut antre beberapa kali guna mendapatkan gas elpiji, beras, minyak dan telur. Perbedaan harganya lumayan meski hanya antara Rp1.000 sampai Rp2.000. Yang jelas sangat membantu masyarakat kegil seperti kami ini,” ungkapnya. Namun di bulan Ramadhan tahun ini, Tuti dan Sunarsih serta warga lainnya merasa kehilangan dengan momen pasar murah yang sempat digelar pemkab selama sebulan penuh. Iring-iringan mobil pembawa sembako juga tak pernah terlihat melintas kecamatan atau desa-desa. padahal warga sering menunggu kehadiran pasar murah di desanya. “Enggak tahu sekarang mau ada operasi pasar atau enggak. Kami sih hanya bisa berharap agar pak bupati mendengar keinginan masyarakat yakni adanya pasar murah. Sebab ini sangat membantu masyarakat kecil,” ujar keduanya. Pemerhati kebijakan, Sujarwo menilai, operasi pasar murah (OPM) di bulan Ramadhan ini seharusnya dilakukan oleh instansi terkait guna membantu mengurangi beban masyarakat. Setahu dirinya, program OPM di bulan Ramadhan tahun lalu cukup sukses dimana respons yang diberikan masyarakat sangat besar. Ditambah lagi saat itu Bagian Ekonomi sangat agresif dalam membantu masyarakat yang membutuhkan bahan pokok dengan harga terjangkau. Karena itu, Jarwo menyarankan Bagian Ekonomi menggandeng pihak ketiga untuk menggelar operasi pasar selama bulan Ramadan. “Saya melihat, saat Kabag Ekonomi dijabat Pak U Kusmana, hubungan dengan pihak ketiga terjalin erat. Sehingga bisa dilangsungkan operasi pasar murah sampai ke desa-desa, tanpa menganggu anggaran dari APBD. Cara yang dilakukan Pak U Kusmana itu sangat bagus dan tak ada salahnya jika diteruskan oleh pak kabag ekonomi yang sekarang. Toh ini untuk kepentingan masyarakat,” sarannya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: