Warga yang BAB Sembarangan Tinggal Tersisa 17 Persen

Warga yang BAB Sembarangan Tinggal Tersisa 17 Persen

CIREBON-Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon mengklaim perilaku hidup tidak sehat dengan buang air besar (BAB) sembarangan, masih tersisa sebanyak 17 persen. Untuk itu, Dinkes terus berupaya melakukan berbagai macam langkah untuk menekan angka BAB sembarangan di Kabupaten Cirebon. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni membeberkan rinciannya. Saat ini, warga yang mempunyai MCK sudah sebanyak 70 persen dari total warga Kabupaten Cirebon. Sedangkan sisanya masih 30 persen. “Nah dari 30 persen warga yang sudah peduli kesehatan dengan tidak BAB sembarangan, masih menumpang MCK-nya ada 13 persen. Sehingga sisanya 17 persen masih BAB sembarangan,” jelasnya kepada Radar Cirebon. Angka 17 persen itu menurut Eni, sangat jauh lebih berkurang dibandingkan tahun 2011. Pada tahun 2011 itu, dari pendataan, hanya satu desa yang bersih dari BAB sembarangan. Yang lainnya, masih ada masyarakat yang BAB sembarangan. Namun sejak tahun 2011 hingga saat ini, menurut Eni, angka perilaku hidup tidak sehat dengan BAB sembarangan terus ditekan. Hasilnya, saat ini yang sudah stop BAB sembarangan atau sudah disebut Desa ODF (Open Defecation Free, red) ada 108 desa, sisanya masih BAB sembarangan. Meskipun tidak satu desa warga semuanya BAB sembarangan, tetapi rata-rata setiap desa ada beberapa belasan warga yang masih BAB sembarangan. Eni mengatakan, berbagai langkah dilakukan Dinkes untuk meminimalisasi dan menekan angka BAB sembarangan. Pertama, melakukan program yang disebut arisan MCK. Sehingga, ketika warga yang mendapatkan arisan melalui undian, maka rumah warga tersebut akan dibangun MCK. “Selain itu, kita juga kembangkan wirausahawan pembuat WC atau toilet di desa-desa. Nanti akan dilatih mengenai ukuran WC dan lainnya dari kementerian, sehingga standarisasi kesehatannya bisa terjaga,” jelasnya. Namun dari itu semua, Eni menegaskan mindset dan pengetahuan warga agar diubah, sehingga tidak lagi ada warga yang BAB sembarangan. “Pola pikir warga yang paling utama harus diubah. Karena harus dengan kesadaran warga sendiri untuk tidak BAB sembarangan. Kalau pola pikir dan tidak ada kesadaran warga untuk tidak BAB sembarangan, maka tentu akan sulit juga,” tuturnya. Untuk itu, pihaknya mengajak berbagai stakeholder atau lembaga lain untuk bersama-sama Dinkes melakukan sosialisasi kepada masyarakat, untuk tidak melakukan BAB sembarangan. “Dinkes mengajak lembaga instansi lain untuk member wawasan dan mengubah mindset masyarakat untuk stop BAB sembarangan,” tuturnya. (den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: