Jalan-Jalan Daendels di Bumi Siliwangi, Ini Jejaknya

Jalan-Jalan Daendels di Bumi Siliwangi, Ini Jejaknya

Sejak dulu orang penasaran dengan sejarah Jalan Raya Pos \"Grote Postweg\". Lebih-lebih generasi sekarang, mereka selalu mempertanyakan, Jalan Raya Pos \"Grote Postweg\" karya Daendels itu yang menjadi stasiun atau perhentian posnya itu apa saja. Menurut sejarawan dari Universitas Negeri Yogyakarta, Tatang M Amirin, stasiun pos maksudnya tempat (ada bangsalnya) tempat orang yang naik kereta pos (kereta kuda) istirahat mengganti kuda-kudanya, terutama yang ada di wilayah majalengka (dari Karangsambung sampai Palimanan). \"Satu hal yang perlu dikaji, Jalan Raya Pos Sumedang-Cirebon itu ternyata tidak lewat jalan raya sekarang ini. Lewat Tomo yang dahulu dikenal sebagai Fort Tomo, Benteng Tomo. Justru, memutar jalur ke Utara lalu masuk melalui Ujung Jaya, sekarang-dulu mungkin belum ada. Kemudian, ke Karang Sembung-Liang Julang-Jatiraga terus ke Cirebon,\" ungkap Tatang. Dalam laman pribadinya, ia menemukan buku “West Java: Traveler guide for Batavia and from Batavia to Preanger Regencies and Tjilatjap” terbitan Visser, Batavia, tahun 1894. Khusus dari Bandung ke Cirebon dimuat di halaman 72. \"Petunjuk perjalanannya, nama-nama desa atau “kota” dikutip menurut aslinya, baru kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sejauh bisa terlacak,\" tulis Tatang dalam blog pribadinya. Dari Bandoeng (Bandung) lewat Tjebeunjing (Cibeunying)–stasiun pos pertama, 695m. di atas permukaan laut/dpl.–kemudian  masuk ke Oedjong-hroeng (Ujungberung), terus Tjibiroe (Cibiru),  dan Tjimanoek (Cimanuk)–stasiun pos ke-2, 700m. dpl.–belum terlacak keberadaannya dalam peta sekarang, kemudian masuk ke Tandjoeng-sari (Tanjungsari)–stasiun pos ke-3, 858m. dpl., terus ke Tjiherang (Ciherang)–stasiun pos ke-4, 558 dpl., lalu ke Soemedang (Sumedang) –460m. dpl. Dari Sumedang dilanjutkan ke Tjimalaka (Cimalaka)–5 mil, masuk ke stasiun pos Tjibeureum (Cibeureum)–4 mil,–belum terlacak—terus ke Paseh (4 mil)—[dari Paseh naik ke utara menuju] stasiun pos Tjiandal (Ciandal–belum terlacak), di daerah Tongeang (Conggeang)–41 mil, lalu masuk ke stasiun pos Banasbanten (3 mil), lanjut ke stasiun pos Tjipilang (Cipelang), dan berhenti di stasiun pos Karang sambong (Karangsambung)–45m dpl.; “kota” perbatasan karesidenan Preanger (Priangan) dan Cheribon (Cirebon),yang berada di  kawasan Tjimanoek (Cimanuk). Dari Karangsambung perjalanan dilanjutkan ke desa Liang-Djoelang (Liangjulang), lalu desaDawoean (Dawuan) yang termasuk kawasan Tjibioeh(Cibiuh–Cibiuk?), lanjut ke desa Batoe-Boejoek (Baturuyuk)– sekarang dusun Pos–bukan Baturuyuk 1 atau 2 (?), lalu ke desa Broedjoel (Burujul), lanjut melewati perkebunan tebu Djattiwanggi (Jatiwangi), masuk desa Tjikiroeh (Tjikroe–sering ditulis Tjikro, atau bahkan SIKARO (a.l. tahun 1686)–sekarang ini Cikro/Cikeruh/Sikaro itu yang mungkin menjadi Pos Boboko Sindangwasa [BISA JADI TADINYA DINAMAKAN “SIKARO” OLEH BELANDA–JADI terdenganr di telinga Sunda jadi “boboko”–karena pasti ini bukan tempat membuat boboko tempat nasi, bisa jadi juga TJIKRO itu sekarang jadi kampung CIKUYUK desa PASIR [dalam peta Belanda yang lain disebut nagarij Depokpassir]–terlampau jauh dari jalan (?), lalu masuk ke desa Pondej (Panday/Peundeuy–? belum terlacak), masuk desa Plasa (Palasah), desa Pandatar (Palahlar?), desa Bongas, desa Bendjaran (Banjaran), terus melewati Passar Parapattan (Pasar Parapatan). Dari Parapatan lanjut ke desa Waringin (Ciwaringin), kemudian desa Pedjagan-asen (Pejagan Asem), lalu desa Gempol, lewat Fort Palimanan (Benteng Palimanan)–11 mil dari Cheribon/Cirebon, lanjut melewati Passar Djamlang (Pasar Jamblang), kemudian ke desa Karbarepan (Kebarepan), melewati perkebunan tebu Soerawingaoen (Surawinangun), masuk ke desa Peloemboeng (Plumbon), terus ke desa Karang-assem (Karangasem), lalu desa Wandasatoe (Wandasatu–sekarang Wadas/Wadaspos?), kemudian desa Djetis/Jetis, desa “yllssman” (Asinan?), terus desa TFeroe (Weru), melewati Passar Plered, lewat Loewar Kota (Luarkota–tidak jelas lagi sekarang sebagai desa apa, pernah jadi distrik dari Kabupaten Cirebon semasa ketika Kabupaten Majalengka–alias Majapaait–masih Kabupaten Maja), terus lanjut ke Tajngkil (Tangkil)–kediaman Residen, atau melalui Kamenka-gedeh (Kemlakagede)terus ke Cheribon (Cirebon). (Dari Karangsambung ke Cirebon sekitar 12 jam berkuda).  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: