Sekolah Swasta Bosan Jadi di-PHP

Sekolah Swasta Bosan Jadi di-PHP

CIREBON–Tiap Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Yanto Rohmanto kerap mengerutkan kening. Habis itu, mengelus dada. Bosan sudah dia dan sejawatnya sesama pengelola sekolah swasta jadi korban PHP (pemberi harapan palsu). Beragam sistem PPDB sudah diterapkan. Ujungnya toh sama saja. Rombongan belajar (robel) SMPN favorit kerap dijebol. Adanya sistem zonasi toh tak terlalu berpengaruh. “Kita sih nggak nuntut macem-macem. Eksekutif, legislatif, tolong lah itu komitmennya,” ujar Yanto, yang menjabat Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Veteran itu. Ungkapan Yanto, tentu mewakili para pendidik di SMP swasta lainnya. Kerap dikecewakan di detik-detik terakhir PPDB. Termasuk saat sistem rayonisasi zonasi tahun lalu. Awalnya berjalan baik, tetapi ujung-ujungnya jauh dari ekspektasi. Menurutnya, masalah menahun ini bisa selesai dengan komitmen eksekutif dan legislatif dalam menjaga kuota SMP negeri. Adanya penambahan siswa dan rombel, dampaknya langsung mengimbas sekolah swasta. Pasalnya, mayoritas sekolah swasta sangat mengharap limpahan siswa yang tersisih dari PPDB. Memang tak semua sekolah swasta mengharap demikian. SMP Al-Azhar, Al Irsyad bahkan sudah menutup pendaftaran karena rombelnya terpenuhi. Tapi, dua sekolah itu hanya sedikit dari 19 SMP dan 34 MTS swasta yang ada di Kota Cirebon. Belum lagi 28 TK swasta dan 60 SD swasta juga mengharapkan hal yang sama. “Kalau tidak jebol (kuota PPDB), limpahan siswa pasti masuk ke kami-kami ini,” katanya. Pendidik yang juga Koordinator Tingkatan Sekolah Swasta Forum Tenaga Honorer Sekolah Swasta (FTHSS) itu meminta semua pihak termasuk masyarakat untuk tidak memaksakan kehendak. Sebab bagaimanapun awal dari jebolnya kuota seringkali karena orang tua yang ingin memaksakan anaknya masuk ke sekolah tertentu. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: