PKL Masih Jalan, Pedagang Pasar Gebang Protes

PKL Masih Jalan, Pedagang Pasar Gebang Protes

CIREBON - Sejumlah pedagang di dalam Pasar Desa Gebang Ilir protes dan meminta agar pihak terkait segera menertibkan para pedagang kaki lima (PKL) yang berada di bawah flyover Gebang. Pasalnya, keberadaan PKL tersebut secara tidak langsung menggerus para calon pembeli, sehingga merugikan para pedagang resmi yang berada di dalam pasar. Sementara untuk memiliki lapak di dalam pasar desa yang baru saja diresmikan tersebut, pedagang harus menebus dengan harga yang tidak murah. Sehingga keberadaan para PKL begitu memberikan dampak bagi kelangsungan para pedagang pasar. Salah satu pedagang pasar yang ditemui Radar Cirebon, AN (45) mengatakan, jika pengelola pasar sudah berjanji sebelumnya jika para pedagang sudah masuk ekdalam lokasi pasar, maka para PKL yang berada di depan pasar akan segera ditertibkan. “Kita diiming-imingi pindah, itu kan karena yang di depan pasar katanya mau ditertibkan, tapi sampai sekarang tidak ada penertiban, tahu begitu kita jualannya di depan saja gak usah masuk,” ujar AN. Menurut AN, seharusnya begitu pasar dibuka, secara otomatis pengelola atau pihak terkait segera menertibkan para PKL yang berada di bawah Flyover pasar. Karena tidak langsung akan menimbulkan kecemburuan sosial dan tidak menutup kemungkinan pedagang yang sudah di dalam berangsur-angsur akan keluar kembali ke bawah flyover. “Kalau tidak ada penertiban PKL, maka nanti kita bakal keluar lagi, lihat saja,\" ujarnya. Sementara itu, Kepala Pasar Desa Gebang Ilir, Sukriman mengakui, ada sejumlah pedagang yang masih menolak untuk masuk ke pasar. Mereka bertahan menempati lapak-lapak yang sebelumnya diperuntukan bagi pasar darurat. “Mereka tidak mau masuk. Sudah kita minta untuk ke dalam pasar dan mengurus administrasinya, tetapi mereka masih bertahan berjualan di bawah flyover,” beber Sukirman kepada Radar Cirebon. Sukirman menjelaskan, pengelola pasar bertanggung jawab langsung ke pemerintah desa dalam hal ini menetapkan uang muka untuk pembelian pasar sebesar 30 persen. Sementara 70 persen lainnya diselesaikan melalui perbankan. Harga kios dan lemprakan yang ada di pasar Desa Gebang Ilir pun beragam. Mulai dari Rp 50 juta sampai yang paling mahal Rp 160 juta. “Saat ini, bank yang sudah bekerja sama dengan kita Kospin Jasa. Semua proses administrasi nantinya lewat perbankan, seperti pengajuan kredit dan lain-lainnya yang harus diselesaikan selama lima tahun,” bebernya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: