Bank Indonesia Sebut Inflasi Kota Cirebon Rendah

Bank Indonesia Sebut Inflasi Kota Cirebon Rendah

CIREBON-Pada tahun 2018, inflasi Kota Cirebon lebih rendah dibandingkan Jawa Barat pada umumnya dan masih dalam range target inflasi nasional sebesar 3.5 ± 1%. Pada bulan Maret dan April, Cirebon tercatat mengalami deflasi karena turunnya harga beras setelah masuknya panen raya. Sedangkan di Mei, menurunnya komoditas volatile food dan administered price meredakan tekanan inflasi. Hal tersebut diungkapkan Kepala KPw BI Cirebon Abdul Majid Ikram kepada wartawan di gedung Bank Indonesia Cirebon, Senin (25/6). Dikatakan Majid, pencapaian inflasi pada bulan puasa di tahun 2018 ini, merupakan pencapaian inflasi terendah dalam 4 tahun terakhir. “Inflasi tipis yang didorong oleh terjaganya komoditas Volatile Food seperti beras, cabai, dan bawang merah serta turunnya harga emas perhiasan. Naiknya harga telur dan daging ayam ras dikarenakan naiknya konsumsi masyarakat sesuai historis di bulan Ramadan,” katanya. Dijelaskan Dia, Inflasi Juni 2018 atau periode lebaran diperkirakan tetap terjaga. Tekanan diperkirakan akan muncul dari Administered Price yaitu tarif Kereta Api dan Tarif angkutan antar Kota. Selain itu sesuai data historis, komoditas volatile food seperti daging ayam ras, kentang dan cabai juga mendorong inflasi bulanan. Adanya THR dan pelaksanaan pilkada serentak diperkirakan turut memberikan andil bagi inflasi. “Di sisi lain, penurunan harga emas perhiasan dan komitmen Pemerintah Pusat untuk tidak menaikan TDL akan menahan laju inflasi.  Sampai dengan minggu III bulan Juni, komoditas yang mengalami kenaikan adalah  daging ayam ras, daging sapi, cabai merah, ayam goreng, dan tarif angkutan kota,” jelasnya. Masih kata Abdul Majid, Pertumbuhan ekonomi Ciayumajakuning semakin membaik hingga Mei 2018, tercatat terdapat pertumbuhan kredit hingga 10.86% (tertinggi dalam 2 tahun terakhir). “Pertumbuhan kredit didorong oleh kredit modal kerja dan investasi, sedangkan kredit konsumsi turun 0.2%. Kinerja perbankan cukup baik dalam menyalurkan kredit sebagaimana tercermin dalam Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 118%. Di sisi lain kualitas kredit juga masih terjaga dimana Non Performing Loan (NPL) mencapai 2.58%,”imbuhnya. Dalam 2 bulan terakhir, sambung Abdul Majid, tercatat BI Cirebon mengalami net outflow, pada Bulan Mei outflow sebesar Rp 1.1 T.  “Kesadaran masyarakat di Ciayumajakuning dalam memegang uang rupiah semakin membaik, hal ini tercermin dari tingkat temuan uang palsu yang terus mengalami penurunan, dari 7.077 lembar di tahun 2016 menjadi 6.093 lembar di tahun 2017. Penurunan temuan uang palsu tidak terlepas dari usaha Bank Indonesia untuk mengedukasi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah,” pungkasnya. (rdh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: