Swedia vs Inggris, Tak Ada Kisah Cinderella

Swedia vs Inggris, Tak Ada Kisah Cinderella

SAMARA – Kisah Yunani dan Portugal saat menjuarai Euro bak Cinderella. Tak perlu bermain cantik dan memesona, tapi sukses jadi kampiun pada akhir turnamen. Kisah bak Cinderella itu yang sering jadi motivasi negara-negara dengan gaya main membosankan di major tournament.  Seperti Swedia di Piala Dunia 2018. Nah, akankah cerita Cinderella dari Skandinavia itu berakhir lebih cepat sebelum menjadi juara? Terlebih, Andreas Granqvist dkk harus bersua Inggris sebagai salah satu tim favorit juara dalam perempat final di Cosmos Arena, Samara malam nanti WIB (Siaran Langsung Trans TV pukul 21.00 WIB). \'\'Kami percaya dengan diri kami sendiri, dengan gaya main seperti ini, kami takkan takut dengan tim mana pun,\'\' koar gelandang Swedia Albin Ekdal, dikutip Expressen. Swedia di Piala Dunia 2018 ini sudah punya modal untuk jadi Cinderella. Blagult, julukan Swedia, dengan 38,3 persen ball possession jadi yang terendah dibanding delapan kontestan perempat final lainnya. Begitu pula dari jumlah gol yang diciptakan skuad besutan Janne Andersson itu. Cuma 6 gol sejak fase grup! Selain victory-nya melawan Meksiko pada matchday terakhir Grup F, rata-rata cuma margin satu gol yang dimenangi Swedia. Meskipun kalah dari Jerman (24/6) skornya  pun tipis 1-2. Dengan gayanya, Belanda dan Italia gagal merasakan pentas Piala Dunia 2018 kandas di tangan Swedia. \'\'Karena kami tim yang harus dipandang serius,\'\' lanjutnya. Selain gaya bermain lebih pragmatis dan negatif, Swedia pun lebih kokoh dalam bertahan dan mampu menempatkan sampai enam pemain bertahan segaris. Victor Lindelof, center back Swedia, menyebut defense-nya lebih rapat dan mereduksi di mana sisi-sisi ruang bagi lawan bergerak. \'\'Semua 11 pemain bisa bertahan, dan itu menyulitkan tim-tim untuk mencetak gol ke gawang kami,\'\' ungkap bek yang baru semusim main di Premier League untuk Manchester United itu, dikutip Mirror. Susah bagi Harry Kane dkk untuk menembus pertahanan Swedia kalau memainkan bola-bola pendek di area pertahanan lawan. Lihat cara Jerman menjebol gawang Robin Olsen, kiper  Swedia. Jerman butuh situasi free kick dan Toni Kroos mengeksekusinya dengan bola crossing-nya yang direct. Bola-bola atas yang direct ini tak mudah diantisipasi bek-bek Swedia, entah itu Lindelof, atau Granqvist yang punya kemampuan duel udara bagus. Kabar bagusnya bagi Inggris. Karena mereka punya pemain yang memiliki kemampuan crossing seperti Kroos. Salah satunya Kieran Trippier. Selain Trippier, Ashley Young juga punya kemampuan serupa. Dua pemain ini senjata di dalam bola-bola crossing The Three Lions -julukan Inggris- di Piala Dunia 2018. Bedanya, dari lawan-lawan Inggris sebelumnya, Swedia tim pertama yang berkarakter defensif. \'\'Kuncinya, di dalam menyerang tetap sabar mencari celahnya,\'\' ungkap Southgate, dikutip Daily Mail. Ini ujian bagi Inggris sebagai tim dengan agresivitas terbaik di Piala Dunia 2018. Inggris sudah mencetak 13 gol, terbanyak bersama tuan rumah Rusia. Begitu pula dengan Kane, striker calon kuat top scorer Piala Dunia 2018 dengan enam gol sementara ini. \'\'Mereka (Swedia) kuat, mereka seperti kami, tak ada alasan meremehkan mereka,\'\' tambah Southgate. Trippier punya ide jitu untuk menekan balik Swedia. \'\'Yang perlu kami lakukan secepat-cepatnya untuk bergerak menekan saat kami dalam situasi bertahan. Persis seperti yang sudah kami lakukan dalam dua laga pertama (melawan Tunisia dan Panama),\'\' tutur Trippier, dikutip situs resmi Federasi Sepak Bola Inggris (FA). (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: