Telur Mahal, Bisnis Kuliner di Kota Cirebon Menjerit

Telur Mahal, Bisnis Kuliner di Kota Cirebon Menjerit

CIREBON-Kenaikan harga telur ayam ras berdampak pada pelaku usaha kuliner. Terutama pedagang martabak dan nasi goreng. Untuk dua usaha ini, telur ayam menjadi bahan baku utama. Saat harga sedang tinggi, bagaimana mereka menyiasatinya? Dalam kondisi seperti ini, turut menaikan harga jual tentu bukan pilihan. Owner Martabak Apin, Apin berusaha mengikuti perkembangan harga. Meski tidak bisa mengurangi jumlah telur yang digunakan. “Kalau telur dikurangi, ngaruh ke rasa. Harga naik, jelas nggak mungkin,” tutur Apin, kepada Radar Cirebon. Enggan menaikan harga, Apin beralasan, kenaikan telur seperti sekarang ini, biasanya terjadi sementara. Sehingga menaikan harga untuk menyesuaikan ongkos produksi, bukan opsi yang dipilihnya. Saat ini, setiap harinya Martabak Apin butuk 8-10 kilogram telur ayam.  Kenaikan telur yang mencapai Rp5 ribu/kilogram (kg) dari harga normal tentu cukup signifikan pengaruhnya. \"Kalau ikut naik harganya nanti pelanggan malah kabur,\" jelasnya. Ilyas, salah satu penjual nasi goreng juga mengeluhkan hal serupa. Ia harus rela mengurangi keuntungannya, karena tak bisa mengurangi kebutuhan telur. \"Kalau masak nasi goreng telur dikurangi kan kerasa, jadi tetap,” tuturnya. Ia berharap harga telur lekas kembali normal. Pedagang kecil seperti dirinya sangat merasakan dampaknya. Apalagi bahan baku lain juga fluktuatif harganya. (apr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: