Angka Kemiskinan di Majalengka Masih Tinggi, Begini Jawaban Wabup

Angka Kemiskinan di Majalengka Masih Tinggi, Begini Jawaban Wabup

MAJALENGKA- Angka kemiskinan di Kabupaten Majalengka masih tinggi, bahkan sangat jauh dari target yang dicanangkan.  Selama kepemimpinan bupati periode 2013-2018, angka kemiskinan hanya bisa ditekan 1,47 persen. Sebagai informasi, dalam laporan keterangan pertanggung jawaban akhir masa jabatan (LKPj-AMJ) Bupati Majalengka periode 2013-2018, starting point angka kemiskinan di tahun 2013 lalu berjumlah 164.900 jiwa, atau 14,07 persen. Di akhir tahun 2017, penduduk miskin hanya berkurang hingga menyisakan 150.260 jiwa atau 12,60 persen dari total jumlah penduduk. Kondisi tersebut masih jauh dari yang dicanangkan pada target RPJMD 2013-2018. Di mana angka kemiskinan di penghujung tahun 2018 ditargetkan dapat ditekan hingga tersisa 6 persen dari jumlah penduduk. Di sisa waktu tahun anggaran 2018 yang tengah berjalan, cukup mustahil dapat menuntaskan targetan tersebut. Menanggapi hal itu, wakil bupati Majalengka yang juga bupati terpilih periode 2018-2023, Karna Sobahi menerangkan, jika program dan kegiatan yang dikucurkan Pemkab Majalengka selama periode 2013-2018 itu memang dinilai cukup. Adapun, kucuran yang diberikan tidak dapat mendongkrak capaian target penekanan angka kemiskinan diakibatkan beberapa variabel nonteknis. “Yang telah saya pelajari, sebagus apa pun program yang dikucurkan untuk pengentasan kemiskinan tidak akan berdampak banyak. Yang harus diperhatikan juga bagaimana menyentuh aspek mentalitas masyarakat. Korelasi ini yang akan kita kaji dengan tim di OPD agar dapat menghasilkan program dan kegiatan dengan Output yang tepat target dan sasarannya,” ungkapnya kepada Radar Majalengka, kemarin. Selain itu, kata Karna, persoalan kemiskinan ini juga akan menjadi fokus garapan dirinya ketika menjabat sebagai bupati 2018-2023 kelak. Dengan mengalkulasi ulang kondisi ril yang saat ini berlangsung dan target penurunannya setiap tahun. Agar kondisi antara target dan capaian dari indikator makro pembangunan setiap tahunya realistis dan konkret, termasuk dalam target penurunan tingkat angka kemiskinan. “Nanti harus dikalkulasi lagi berapa (prosentasi) kondisi yang terjadi saat ini, dan berapa target yang realistis dapat terkejar di akhir tahun berikutnya. Supaya sasarannya jelas, sehingga kita juga dalam membuat program dan kegiatan akan terarah dan tetap mengacu pada visi misi yang telah disampaikan pada saat kampanye,” imbuhnya. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: