Wacana Wisata Galian C Mencuat Lagi
CIREBON– Bukan sekali ini terdengar, eks galian pasir tipe c di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, direncanakan menjadi tempat wisata. Tetapi hingga kini belum jelas langkah yang ditempuh Pemerintah Kota Cirebon. Kalaupun ada yang mendekati kenyataan, hanya berupa penetapan empat prioritas investasi oleh Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). Empat prioritas investasi itu mencakup kawasan Pantai Kesenden, Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan, Pelabuhan Cirebon dan wilayah selatan atau Kelurahan Argasunya. Namun, dua dari prioritas investasi itu belum memiliki feasibility study. Kendati demikian, Penjabat (Pj) Walikota Cirebon Dr H Dedi Taufik MSi kembali membuka wacana itu. Di hadapan ratusan anggota Kelompok Masyarakat Peduli Sungai dan Kelompok Masyarakat Anti Narkoba, HIV/AIDS di Kecamatan Kesambi. Dikatakannya, pelarangan aktivitas galian C di Kota Cirebon meninggalkan bekas yang tidak ada kemanfaatannya. Namun pihaknya melihat dari sudut pandang potensi wisata dan bila dikemas menarik. Bukan tidak mungkin akan menjadi destinasi wisata baru. Menurutnya, selain wisata alam, bekas galian C tersebut bisa untuk sarana olah raga bersepeda, off road dan trail. Treknya sangat menantang untuk ditaklukkan. Dimungkinkan juga karena terdapat tebing yang cukup tinggi, bisa untuk paralayang. \"Kita akan manfaatkan itu, untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Sekaligus nantinya ada peluang usaha bagi warga sekitarnya. Bisa mendirikan warung kopi untuk sekedar istirahat para wisatawan,\" ujarnya kepada Radar. Masih dalam satu kawasan, lanjutnya, terdapat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur. Dari ribuan ton sampah yang dibuang warga Kota Cirebon, tempat itu bisa dijadikan wisata edukasi. \"Ya bagaimana cara pengolahan sampah, daur ulang maupun pemanfaatan barang bekas yang diolah menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi,\" katanya lagi. Rencana ini bisa jadi meniru yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Malang di Desa Tulangagung, Kepanjen. Di sekitar TPA dibangun taman. Dengan luas areal 3,5 hektare TPA Wisata Edukasi Talangagung, menjadi jujukan wajib para peneliti, masyarakat, dinas atau pemda baik dalam maupun luar negeri dalam rangka belajar menangani sampah yang menjadi permasalahan besar di kota-kota. Hal serupa juga dilakukan TPA Pakusari, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Jember berhasil menyulap tempat penampungan sampah tersebut menjadi lebih menarik. TPA Pakusari juga dijadikan tempat edukasi pemanfaatan sampah. Bahkan sering melakukan pelatihan keterampilan bagi masyarakat Jember, sehingga sampah organik bisa dijadikan kerajinan, seperti tas dan aksesoris. (gus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: