30 Agustus 1918: Vladimir Lenin Ditembak

30 Agustus 1918: Vladimir Lenin Ditembak

Ternyata pada tanggal 30 Agustus 1918, nyaris 100 tahun yang lalu Vladimir Ilyich Ulyanov, yang lebih dikenal dengan sebutan Lenin pernah ditembak oleh Fanya Kaplan, seorang revolusioner. Lenin selamat tetapi kesehatannya menjadi menurun. Bagaimana ceritanya ? Fanya Yefimovna Kaplan (bahasa Rusia: Фа́нни Ефи́мовна Капла́н; nama sebenarnya Feiga Haimovna Roytblat, Фейга Хаимовна Ройтблат; lahir di Kegubernuran Volhynian, Kekaisaran Rusia (sekarang Ukraina), 10 Februari 1890 – meninggal di Moskwa, RSFS Rusia, 3 September 1918 pada umur 28 tahun). Dia adalah seorang revolusioner Rusia yang berupaya untuk membunuh Vladimir Lenin. Sebagai anggota Sosialis Revolusioner, Kaplan memandang Lenin sebagai ‘pengkhianat revolusi’, saat Bolshevik berupaya untuk melengserkan Tsar. Pada 30 Agustus 1918, setelah berbicara di sebuah pabrik di Moskowa, pemimpin Uni Soviet Vladimir Lenin ditembak tiga kali oleh Fanya Kaplan, seorang anggota partai Sosialis Revolusioner. Lenin terluka serius tapi selamat dari serangan. \"Lenin Beberapa saat setelah penembakan itu, Lenin dilarikan ke rumahnya di Kremlin. Dia khawatir akan ada anggota komplotan Kaplan lain yang berusaha membunuhnya. Lenin juga menolak meninggalkan Kremlin yang aman untuk berobat. Dokter yang dipanggil untuk merawatnya tidak mampu menarik peluru dari tubuh Lenin tanpa operasi di rumah sakit. Meski mengalami luka parah akibat upaya pembunuhan itu, Lenin berhasil selamat. Kaplan Diinterogasi oleh Cheka (Polisi rahasia Rusia), ia menolak untuk menyebut siapa yang menyuruhnya, dan ditembak mati pada 3 September 1918. Insiden tersebut berujung pada perang saudara.  Dalam keterangannya, Kaplan menyatakan dia telah lama memutuskan untuk menghabisi Lenin yang menurutnya telah berkhianat pada revolusi. “Nama saya Fanya Kaplan. Hari ini aku menembak Lenin. Saya melakukannya sendiri. Saya tidak akan mengatakan dari siapa saya mendapatkan revolver saya. Saya tidak akan memberikan rinciannya. Saya telah memutuskan untuk membunuh Lenin sejak lama. Saya menganggapnya sebagai pengkhianat terhadap Revolusi,” demikian isi pernyataan Kaplan pada Cheka. Setelah menyadari bahwa Kaplan tidak akan bekerjasama dan mengungkap siapa komplotannya, dia dieksekusi di Taman Alexander di Kremlin pada 3 September 1918, tanpa melalui proses persidangan. Kepalanya ditembak dari belakang dan jasadnya dimasukkan ke dalam tong sebelum dibakar. Perintah itu datang dari Yakov Sverdlov, seorang pemimpin partai Bolshevik.    Para sejarawan mempertanyakan apakah Kaplan syang menembakkan pistol itu, karena ia hampir tidak bisa melihatnya. Upaya pembunuhan terhadap Lenin memicu tindakan pembalasan dari Partai Bolshevik terhadap Partai Revolusi Sosial dan lawan-lawan politiknya yang lain. Tindakan yang dikenal dengan nama “Teror Merah” (Red Terror) itu diumumkan pada hari yang sama dengan eksekusi Kaplan dan berakhir pada Oktober 1918. Selama kampanye “Teror Merah”, kaum Bolshevik melakukan pembunuhan massal, penyiksaan dan penindasan sistematis terhadap lawan-lawannya. Lenin tidak pernah benar-benar pulih dari luka yang dideritanya dari penembakan tersebut. Banyak yang meyakini bahwa kejadian itu berkontribusi pada stroke yang melumpuhkan dan membawa Lenin pada kematiannya pada 1924. (*)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: