Rupiah Melemah, Pengusaha Tempe-Tahu Melempem

Rupiah Melemah, Pengusaha Tempe-Tahu Melempem

CIREBON - Melemahnya rupiah terhadap dolar AS juga turut memengaruhi jalannya bisnis pengusaha tempe dan tahu menjadi melempem. Pasalnya, bahan baku yang digunakan, yakni kacang kedelai, impor dari Amerika. Saat ini, kenaikan harga kacang kedelai berkisar Rp 500 per kilogram. Salah satu karyawan produsen tempat di Kedawung, Kabupaten Cirebon, Sandy, mengungkapkan, setiap minggunya kebutuhan kacang kedelai mencapai 1 ton. Dalam satu hari, kacang kedelai yang digunakan untuk produksi sebanyak dua kuintal. ”Naiknya sekitar Rp 500, dari yang sebelumnya Rp 7.500 per kilogram menjadi Rp 8.000 per kilogram,” ujarnya saat ditemui Radar di sela-sela proses produksi tempe. Meski bahan baku mengalami kenaikan harga, Sandy mengaku tidak menaikkan harga tempe. Menurutnya, harga jual tempe tidak bisa dinaikkan. Sebab, hal tersebut akan berpengaruh pada pembelian. Begitu pula dengan ukuran tempe yang diproduksi, tetap sama. Naiknya harga bahan baku tidak serta merta mengurangi ukuran tempe yang dijual. Pada kondisi demikian, produsen tempe memilih untuk mengurangi keuntungan. ”Harga jual tetap sama, tidak bisa naik. Pengaruhnya keuntungan jadi berkurang, bisa turun 40 persen. Sejak sekitar Agustus keuntungan sudah mulai diturunkan,” ungkapnya. Disinggung mengenai kenapa tidak menggunakan kacang kedelai lokal, Sandy menyebutkan kualitasnya berbeda. “Kualitasnya beda, kalau lokal ukurannya kecil-kecil. Warnanya juga berbeda, kalau kata orang rasa tempenya tidak enak, pahit,” katanya. Senada dengan Sandy, Tohari selaku perajin tahu di kawasan Kedawung menyebutkan bahwa kualitas kedelai lokal tidak sebaik kedelai impor. Pada proses pembuatan tahu yang dibutuhkan aci, sedangkan kedelai lokal acinya tidak banyak. Berbeda dengan kedelai impor yang kandungan acinya lebih bagus. Di sisi lain, kedelai lokal pun terbilang susah dicari. “Pernah coba giling yang lokal itu jauh sekali (kualitas acinya), bagus yang impor (lebih banyak). Sebenarnya kalau pakai yang lokal lebih enak, lebih kenyal, tetapi karena acinya lebih sedikit jadi produksinya lebih mahal (butuh lebih banyak kedelai), jual ke pasarnya susah,” jelasnya. Sementara dari supplier saat ini harga kedelai hanya naik sekitar Rp 1.000 per kilo. Sebab, masih menggunakan stok barang yang tersedia, belum membeli barang dengan penyesuaian nilai USD saat ini. (via/swn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: