Shinta Wahid Ungkap Asal Usul Nama Hashim Djojohadikusumo

Shinta Wahid Ungkap Asal Usul Nama Hashim Djojohadikusumo

Kunjungan Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto ke kediaman keluarga mendiang Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Jalan Al Munawaroh, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (13/9/2018) berlangsung hangat. Dalam pertemuan itu, Prabowo banyak bernostalgia dengan istri Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid dan puteri kedua Gus Dur, yakni Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid alias Yenny Wahid. Prabowo bercerita, dirinya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keluarga Gus Dur. Terlebih lagi dirinya sempat tinggal berdekatan dengan keluarga Presiden ke-4 RI itu. \"Nostalgia, karena rumah keluarga Gus Dur itu persis di sebelah rumah kakek saya, satu pagar di Taman Amir Hamzah, dulu namanya Taman Matraman. Di situ sebetulnya hubungan antara kedua keluarga sudah sangat dekat, sangat baik,\" kata Prabowo seusai sowan. Prabowo mengakui dekat dengan sosok Gus Dur. Keduanya seringkali bertukar pikiran meskipun kadang sering berbeda pendapat. \"Dalam perjalanan hidup, saya merasa sangat dekat dengan Gus Dur. Kami sering berdiskusi, berdialog, kadang-kadang berbeda pendapat. Demokratis. Enaknya dengan Gus Dur itu, berbeda pendapat tapi tetap akrab,\" ujar Ketua Umum Partai Gerindra tersebut. Hal yang sama diungkapkan oleh Shinta Wahid. Dirinya membeberkan asal muasal nama adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo. Shinta menuturkan, nama Hashim diambil dari nama belakang dari orangtua Gus Dur, yakni Abdul Wahid Hasyim. Hal tersebut dikarenakan orangtua Prabowo yang sangat mengagumi sosok ayah Gus Dur. \"Bahwa keluarga Pak Prabowo dengan Wahid Hasyim itu sangat dekat sekali, karena itu adiknya Pak Prabowo diberikan nama Hashim. Sebetulnya, orangtua Pak Prabowo itu sangat mengagumi Pak Wahid Hasyim,\" kata Shinta. Selain bernostalgia, Prabowo dan Shinta serta Yenny juga sempat membicarakan seputar dunia keislaman. Dalam kesempatan itu, Prabowo sempat mengungkapkan kekagumannya terhadap Nadhlatul Ulama (NU) yang selalu memperjuangkan Islam moderat. \"Saya merasa nyaman dengan NU, dengan Islam yang moderat, Islam yang kuat, berdiri di atas tradisi Indonesia, islam yang damai, yang menghormati semua agama, ras, suku, dan budaya,\" pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: