Gawat! Debit Air di Setu Sedong Hampir Habis

Gawat! Debit Air di Setu Sedong Hampir Habis

CIREBON-Debit air Bendungan Setu Sedong sudah berada di bawah ambang tampungan mati. Artinya, debit air yang ada di Bendungan tersebut sangat kritis, karena berada jauh di bawah debit aman bendungan. Akibatnya, Setu Sedong kini tak mampu lagi menyuplai air buat kebutuhan pertanian untuk areal pertanian di wilayah sekitar Bendungan Setu Sedong. Bendungan dengan luas total 659.000 m2 tersebut, kini nyaris kering kerontang. Petugas OP Bendungan Setu Sedong, Iwan Setiawan kepada Radar Cirebon mengatakan, kondisi tersebut berlangsung sekitar sebulan terakhir. Bahkan diperkirakan, jika tidak ada hujan yang datang, maka air yang tersisa di Setu Sedong bakal benar-benar habis. “Kondisinya saja ini sudah di bawah debit mati. Debit mati adalah air bendungan yang sudah tidak bisa dikeluarkan lagi karena untuk pengaman Bendungan. Kalau lihat sekarang ya diperkirakan akhir bulan bakal habis airnya, kering kerontang,” ujar Iwan. Dijelaskannya, debit mati Bendungan Setu Patok adalah sekitar 248.000 m2. Sementara untuk kapasitas maksimal tampungannya adalah 1.991.100m2. Bendungan yang dibangun pada tahun 1918 dimanfaatkan untuk mengairi 629 hektare lahan pertanian. “Untuk sumber mata air sendiri, suplai utama Bendungan Setu Sedong ini berasal dari Bendung Cisalak di Sungai Cimanis. Sehingga kondisi air di dalam bendungan sendiri, sangat bergantung dari air di Sungai Cimanis,” imbuhnya. Sementara itu, meskipun menyulitkan petani, kondisi keringnya Bendungan Setu Sedong membawa berkah tersendiri untuk sebagian masyarakat. Tidak hanya warga sekitar, setiap harinya puluhan warga dari berbagai pelosok Kabupaten Cirebon hingga Kuningan datang ke Setu Sedong untuk mencari ikan. Keringnya Setu Sedong membuat ikan-ikan lebih mudah ditangkap. Dengan hanya bermodalkan jala atau jaring, warga bisa mendapatkan ikan dengan jumlah yang melimpah. Bahkan, warga sekitar pun sempat dikagetkan dengan penangkapan monster Setu Sedong yang menggegerkan. Ikan monster dengan panjang sekitar satu meter dan berat lebih dari 12 kg tersebut, berhasil ditangkap salah satu pencari ikan asal Desa Ciawi Gajah. “Ikannya besar sekali. Butuh beberapa orang untuk angkat ikan tersebut dari air. Kondisi ikannya sudah payah, kena jaring dan ketika diangkat ke darat beberpa saat kemudian mati,” tutur Andi warga Desa Asem yang mengaku setiap hari mencari ikan saat kondisi Setu Sedong kering. Ikan tersebut menurut Andi, dijual oleh orang yang menangkapnya ke warga Kuningan dengan harga Rp150 ribu. Tidak hanya kali ini saja, bahkan setahun terkahir, sudah ada sekitar lima orang yang berhasil menangkap ikan yang dikenal sebagai ikan aligator oleh warga sekitar. “Beberapa ada yang kena pancing, ada juga yang kena jaring. Ini sudah lima kali. Kalau yang terbesar ya yang kemarin itu. Kejadiannya dua hari yang lalu, kalau tidak salah bobotnya 12 kg,” katanya. Terpisah, Didi Junaedi petugas OP Bendungan Setu Sedong kepada Radar Cirebon membenarkan peristiwa tertangkapnya ikan aligator atau atractosteus spatula tersebut. Menurutnya, meskipun hanya terjadi beberapa kali namun penangkapan ikan tersbeut cukup mengagetkan, terlebih ikan tersebut bukan endemik ikan asli Indonesia. “Beberapa tahun yang lalu sempat ada yang nangkep, tapi waktu itu ada warga yang mengaku sengaja melepas ikan itu ke Setu Sedong, tapi pas tahun ini lima kali ada warga yang berhasil nangkep, tapi gak ada warga yang mengaku melepas ikan itu ke Setu,” jelasnya. Ditambahkannya, pihak OP Bendungan tidak mengetahui cara atau bagaimana mungkin ikan tersebut bisa ada di bendungan tersebut. Yang jelas, pihaknya sudah menyosialisasikan agar tidak melepas ikan-ikan jenis predator ke Setu Sedong, karena bisa membahayakan ikan asli Indonesia. “Sudah saya sampaikan. Ini ikan tidak boleh dilepas di Setu. Ini ikan predator dan tidak boleh ada di sini,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: