Tradisi Hajat Bumi, Bupati Kuningan dan Warga Makan Bareng di Jalan Rama Jaksa
Di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak. Pepatah lama itu tetap dipertahankan oleh masyarakat Kelurahan Winduherang, Kecamatan Kuningan. Kendati arus modernisasi dan kemajuan teknologi sudah dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, namun mereka tak lantas meninggalkan warisan besar dari leluhurnya. Sekuat tenaga, masyarakat Winduherang berusaha menjaga dan melestarikan budaya luhur dan kearifan lokal yang tak ternilai harganya. Seperti melestarikan tradisi sabumi atau hajat bumi. Agus Panther, Kuningan MEMANG tak mudah untuk mempertahankan berbagai tradisi termasuk hajat bumi. Hal ini disebabkan begitu kuatnya cengkeraman globalisasi sehingga kerap melunturkan nilai-nilai lokal yang sebenarnya sangat kental nuansa spiritualnya. Hanya sedikit desa atau masyarakat di Kabupaten Kuningan yang masih mempertahankan tradisi lama. Salah satunya adalah masyarakat Winduherang yang melestarikan tradisi babarit atau hajat bumi. Aneka makanan disiapkan warga dengan sukarela untuk acara hajat bumi yang dipusatkan di jalan utama Jalan Rama Jaksa di Kelurahan Winduherang, kemarin (28/9). Uniknya, secara geografis, Kelurahan Winduherang berada di lokasi perkotaan, tapi nyatanya, warga setempat tetap menjaga kelestarian budaya dengan menggelar babarit/hajat bumi yang ditandai dengan makan bersama dengan warga. Rangkaian kegiatan ini dilakukan dalam memeriahkan Hari Jadi ke-537 Winduherang. Di usianya itu, menunjukkan Winduherang adalah daerah yang melegenda di Kabupaten Kuningan. Dikenal juga dengan tempat ziarah Pangeran Rama Jaksa dan Adipati Ewangga. Konon juga, ada tempat penyimpanan benda-benda pusaka kerajaan. Kepala Kelurahan Winduherang, Aminudin menuturkan, agenda seperti ini sudah menjadi tradisi tahunan yang digelar warganya. Tujuannya sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan karunia, dan rahmat yang diberikan kepada Winduherang sampai detik ini. Juga sebagai sarana untuk mempererat sulaturahim, dan melestarikan budaya yang ada. Sebelumnnya warga Kel. Winduherang menggelar doa bersama. “Setiap tahun, warga di kelurahan ini selalu menggelar babarit. Dengan babarit atau hajat bumi, seluruh warga makan bersama di sepanjang Jalan Rama Jaksa. Alhamdulillah pelaksanaannya lancar, warga tumplek dan membawa makanan,” papar Aminudin. Dalam kesempatan itu, Bupati H Acep Purnama berbaur dengan warga Winduherang sekaligus mencicipi makanan yang dibawa oleh masing-masing RT. Makanan yang disajikan juga bervariasi. Ada tumpeng dengan lauk pauknya, ada nasi liwet dengan sambel dan ikan asinnya, nasi kuning dengan dadar telurnya. Ada juga cuhcur. “Cuhcur ini menjadi daya tarik lantaran dikenal sebagai ikon makanan khas Winduherang dan para leluhurnya. Dan masih banyak lagi makanan olahan dari ubi-ubian yang menjadi makanan memiliki nilai jual,” sebut Aminudin lagi. Salah satu warga, Tati menyambut gembira digelarnya babarit ini. Sebab dengan adanya makan bersama ini, dirinya bisa bertemu dengan warga lainnya serta bisa makan bersama tanpa ada perbedaan status sosial. “Saya rasakan, hajat bumi sangat bagus dalam menjalin silaturahmi antar warga. Kami merasa bahwa diantara kami merasa dekat. Di sini banyak mengajarkan bagaimana kita berbagi, berkumpul bersilaturahmi sekaligus sebagi media bagaimana manjaga keguyuban baik Antara keluarga, antar RT dan lingkungan. Juga menjaga hubungan dengan pemerintahan,” ungkapnya. Bupati Acep meminta agar warga Winduherang tetap menjaga dan melestarikan budaya, adat istiadat dan tradisi lokal. Hal ini dimaksudkan agar anak cucu di masa depan dapat mengetahui jejak sejarah dan peradaban daerah dan lingkungannya. Hal yang lebih penting lagi adalah harus senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya. “Semoga kita dalam momentum ulang tahun ini, bisa intropeksi diri. Bagaimana kita menjaga hamba yang lebih baik dan bermanfaat lagi bagi keluarga, lingkungan, negara dan agama,” harapnya. Acep juga berpesan supaya seluruh masyarakat Winduherang terus menjalin dan meningkatkan kebersamaan, gotong royong antar elemen masyarakat. Jika ada permasalahan, sebaiknya diselesaikan melalui dialog dan musyawarah. Di samping itu, juga harus mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dan melakukan pembelajaran organisasi secara terus menerus dengan mewujudkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik. “Semoga hari esok dapat diraih dalam mewujudkan masyarakat yang adil, demokrasi dan sejahtera dan menjadi. Lebih penting lagi Winduherang menjadi daerah yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” pungkas dia. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: