Sehari, 2 Petani Tewas Terbakar Saat Bekerja di Kebun

Sehari, 2 Petani Tewas Terbakar Saat Bekerja di Kebun

MAJALENGKA - Warga Kota Angin Jumat (5/10), dibuat geger. Penyebabnya, dalam satu hari ada dua petani tewas terbakar di kebun tempatnya bekerja. Korban tewas pertama adalah Hj Halimah (85). Petani lansia warga Blok Cikuluwut Desa Mekarmulya, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka, itu ditemukan tewas di lahan pohon bambu sekitar pukul 10.30 WIB. Informasi yang diperoleh Radar Cirebon menyebutkan, korban diduga kehabisan oksigen ketika hendak memadamkan api yang membakar kebun bambu miliknya di Dusun Jamilega Blok Jumat. ”Terjadi kebakaran lahan, kemungkinan korban kekurangan oksigen ketika memadamkan api,” ujar saksi mata Alhiti yang diamini Sekdes Lemahsugih. Di tempat dan jam berbeda tetapi di hari yang sama, petani tewas karena kebakaran juga menimpa Tarsa (60). Warga Blok Kliwon Desa Pasirayu, Kecamatan Sindang, Kabupatne Majalengka, itu ditemukan meninggal terbakar di Blok Lanping Desa Pasirayu, Jumat (5/10). Musibah tersebut terjadi sekitar pukul 15.30 WIB. Kejadian di kebun dekat tempat pemakaman umum (TPU) Pasirayu membuat geger masyarakat setempat. Kepala Desa Pasirayu, Sutarmo menjelaskan, kejadian itu bermula saat korban pergi ke lahan pertanian miliknya pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB. Berdasarkan keterangan pihak keluarga, korban Tarsa pergi meninggalkan rumah dengan tujuan ke sawah. Namun hingga siang sampai sore harinya Tarsa tidak kembali ke rumah melainkan ke kebun. “Pihak keluarga panik dan akhirnya mencari korban. Nahas korban sudah diketemukan oleh saksi Pak Surya sudah terbakar di kebun. Kami kaget mendapati laporan dari Pak Surya. Selanjutnya kami melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian,” katanya. Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Sukahaji, Aiptu Zenal Mutakin mengungkapkan, tidak ada tanda-tanda kekerasan pada korban. Berdasarkan olah TKP, pihaknya langsung melaporkan ke tim medis Puskesmas Sindang guna memeriksa. “Dari hasil pemeriksaan dr Dian Pratiwi tidak diketemukan tanda-tanda kekerasan. Pihak keluarga menerima atas kejadian tersebut sebagai musibah dan enggan dilakukan otopsi,” ujarnya. (ono/ara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: