Tidak Ada TPS, Warga Cempaka Village Ikut Pelatihan Bikin Kompos

Tidak Ada TPS, Warga Cempaka Village Ikut Pelatihan Bikin Kompos

CIREBON-Sampah rumah tangga menjadi persoalan masyarakat di lingkungan perumahan. Upaya pemilahan hingga pengolahan diharapkan dapat mengurangi timbunan limbah. Keberadaan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) masih minim. Sehingga sampah di komplek perumahan seringkali kesulitan menemukan alur untuk pembuangannya. Untuk itu, Paguyuban Warga Cempaka Village menggandeng Tim Komposting Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unswagati untuk penyuluhan kepada warga khususnya ibu rumah tangga. Penyuluhan tersebut mengenai nilai guna sampah rumah tangga, dengan penggunaan keranjang takakura untuk komposting. Ketua Paguyuban Perumahan Cempaka Vilage, Abah Entang mengaku sudah merencanakan ini setahun yang lalu. Sebab, dalam beberapa tahun ini, persoalan sampah kian menjadi-jadi. Di lingkungan perumahan sendiri, tidak ada TPS. Biasanya warga membuang sampah menunggu petugas sampah keliling setiap tiga hari sekali menggunakan becak motor. “Sampah sering numpuk di rumah,” ujar Abah kepada RadarCirebon. Dengan adanya penyuluhan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi warga. Terutama mempraktikan langsung ilmu yang didapatkan. Nantinya, sampah yang diolah itu menghasilkan kompos yang berguna untuk pupuk bagi tanaman. \"Kita ingin memanfaatkan sampah-sampah rumah tangga, supaya bisa terpakai. Nantinya kan bisa jadi pupuk, mudah-mudahan ini terus berlanjut,\" harapnya. Ke depan dia berharap pupuk kompos hasil dari pengolahan sampah rumah tangga bisa digunakan untuk pupuk tanaman pekarangan. Dia juga ingin agar warga juga memanfaatkan lahan-lahan yang ada untuk menanam tanaman atau apotek hidup. Selain sebagai upaya penghijauan, juga mendapat manfaat dari tanaman.  \"Selama ini kan kita bayar iuran sampah, ya mudah-mudahan ini juga bisa mengurangi sampah di masing-masing rumah,\" tukasnya. Penyuluhan diberikan oleh Tim Penyuluh Komposting FKIP Unswagati terdiri dari, Dr Nuansa Bayu Segara MPd, Dian Permana P MSi, dan Yopi Nisa Febrianti MPd. Kegiatan ini menjadi salah satu gerakan edukasi bagi masyarakat untuk pengelolaan sampah dan lingkungan. Metode yang dikenalkan adalah penggunaan keranjang takakura yang dibuat sebagai media untuk membuat komposting. Peralatannya sederhana, cukup menyiapkan keranjang, cairan bakteri, bantalan sekam, tanah, serbet, dan kardus. \"Sebetulnya hampir setiap perumahan sama permasalahannya. Banyak sampah rumah tangga yang menumpuk, karena menunggu jemputan sampah,” katnaya. Dengan pengolahan ini, nantinya sampah tersebut bisa menjadi kompos selama dua bulan. Syaratnya harus disimpan, di tempat yang tidak terkena panas dan hujan. Setelah dua bulan baru dapat digunakan untuk kompos. \"Jadi tidaknya kompos bisa dirasakan. Kalau di sekiitar keranjang itu terasa hangat dan tidak bau, itu pertanda komposnya sudah jadi. Tapi kalau lembab dan bau berarti gagal,\" kata Nuansa. Kegiatan ini menjadi salah satu pilot project pengelolaan sampah rumah tangga dengan keranjang takakura di perumahan. Ke depan dia berencana untuk menerapkannya di perumahan lain. \"Kita tadi membagikan juga peralatan kepada perwakilan warga. Nanti kita ingin lihat dulu hasilnya, dan kita kontrol prakteknya,\" jelasnya. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: