Stroke, Penyebab Kematian dan Kesakitan Terbesar

Stroke, Penyebab Kematian dan Kesakitan Terbesar

CIREBON-Guna memberikan edukasi dan awareness masyarakat akan deteksi dini stroke, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) Cabang Cirebon akan menggelar Cirebon Waspada Stroke. Kegiatan tersebut akan digelar pada Sabtu (27/10) dan Minggu (28/10) mendatang. Kegiatan tersebut digelar bertepatan dengan hari peringatan stroke yang tahun ini bertema Up Again After Stroke. Ketua Panitia Kegiatan dr Hendry Gunawan SpS mengungkapkan, di tahun 1990 penyakit menular Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menjadi penyebab kematian dan kesakitan terbesar. Sejak tahun 2010, terjadi perubahan beban penyakit. PTM terutama stroke adalah penyebab kematian dan kecacatan terbesar di Indonesia. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, dan SKRT tahun 2001, juga didapatkan dalam periode 12 tahun (1995 – 2007) telah terjadi transisi epidemiologi kematian. Persentase kematian akibat PTM terus mengalami peningkatan dari 41,7% di tahun 1995 menjadi 59,5% di tahun 2007. PTM adalah penyakit berbiaya tinggi, padahal penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dan dikendalikan. Angka kematian akibat PTM akan terus meningkat, bila tidak ada upaya pihak terkait untuk menekan jumlahnya. \"Hal ini memerlukan upaya pencegahan dan pengendalian PTM dari semua pihak mulai dari lintas program dan lintas sektor, profesi, organisasi kemasyarakatan, dunia swasta, dan masyarakat secara umum,\" tuturnya. Salah satu penyakit yang berkontribusi besar dalam mortalitas dan kerugian ekonomi pada PTM  adalah stroke. Sejak tahun 2010 berdasarkan data Riskesdas, stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di Indonesia. Di Indonesia tren penyakit stroke semakin meningkat. Data Riskesdas bahkan menunjukkan, peningkatan prevalensi stroke dari 8,3 per 1.000 penduduk pada 2007 menjadi 12,1 per 1.000 penduduk pada 2013. Prevalensi stroke di Kota Cirebon  12,3  per 1.000 penduduk, lebih tinggi dari angka prevalensi nasional. Hal ini menandai masyarakat masih mengabaikan pentingnya pengendalian risiko penyakit stroke,\" terangnya. Sementara itu, Sekretaris Perdossi Cabang Cirebon dr Ludmila Mardiana, Sp S menuturkan kegiatan Cirebon Waspada Stroke akan dimulai dengan beragam rangkaian kegiatan. Di hari Pertama, Sabtu (27/10) kegiatan yang bertempat di RS Permata diisi dengan talk show gratis untuk awam seputar stroke dan deteksi dini stroke, simposium dokter ber-SKP IDI, dan deteksi dini kepikunan (demensia). Kemudian di hari puncaknya yakni Minggu (28/10) kegiatan akan dilaksanakan di CFD Siliwangi dengan senam otak, konsultasi dengan dokter spesialis saraf, dan prediksi indibidu tentang faktor risiko stroke. \"Kami harap masyarakat bisa mengikuti rangkaian kegiatan yang diadakan secara gratis ini, untuk dapat meningkatkan pengetahuan mereka dan kesadaran mereka terhadap tisiko stroke,\" tuturnya. Hingga saat ini, Ludmila mengatakan kesadaran masyarakat akan risiko stroke masih sangat rendah. Sebagian besar pasien yang datang pada dokter spesialis saraf atau ke rumah sakit merupakan pasien yang sudah terkena stroke atau bahkan sudah beberapa minggu merasakan gejala dini stroke. \"Mereka menganggap sepele gejala peringatan stroke, padahal ketika meraskaan gejala peringatan ringan meski sebentar saja harus segera diperiksa dan diteksi,\" jelasnya. Ia juga menambahkan saat ini stereotipe masyarakat terhadap penyakit stroke masih beranggapan bahwa penyakit tersbeut hanya terjadi pada usia lanjut dan pada orang kaya yang memiliki gaya hidup tak baik. Padahal dalam kenyataannya stroke bisa terjadi pada siapa saja. Bahkan saat ini pihaknya telah memperingati akan stroke usia dini. Yakni pada usia produktif kerja. Ada dua jenis faktor risiko penyakit stroke yakni mayoritas di antaranya hipertensi, jantung, kencing manis, asam urat, dan kolestrol. Sedangkan jenis minoritas di antaranya merokok, pola hidup tak sehat, dan alkohlic. \"Jangan anggap sepele juga beberapa gejala peringatan stroke bukan saja lumpuh, pelo, atau mulut mencong, namun kesemutan sebelah anggota gerak, mata tiba-tiba gelap dan vertigo juga bisa menjadi gejala peringatan stroke,\" jabarnya. Oleh sebab itu pihaknya melalui kegiatan ini berharap masyarakat bisa rutin deteksi dini stroke. (apr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: