Berguru ke Yogyakarta, BI Dorong Ekonomi Kreatif Cirebon
YOGYAKARTA - Kantor Perwakilan Cirebon Bank Indonesia terus mensupport komunitas Cirebon Creative. Demi menumbuhkan ekonomi kreatif di Kota Cirebon, studi banding pun dilakukan ke Yogyakarta, Kamis-Sabtu (14-16/3). Di kota gudeg ini sudah ada Association of Indonesian People\'s Handicraft Marketing (APIKRI). Wadah untuk memperkuat usaha mikro berbasis keluarga di desa maupun di kota. “Kami dikelompokkan dalam organisasi perniagaan berkeadilan yang mengkombinasikan pengembangan masyarakat dan memfasilitasi pemasaran. Untuk memperkuat usaha mikro berbasis keluarga,\" ujar Direktur APIKRI, Amir Panzuri. Dengan basis kerja APIKRI secara administrative di Yogyakarta dan Jawa Tengah, tapi wilayah kerjanya menjangkau seluruh Indonesia. Dibentuknya APIKRI merupakan suatu upaya untuk terus mewadahi peluang bisnis yang ada di Yogyakarta. Apalagi, jika melihat potensi yang ada di bidang kerajinan. \"Secara horizontal, kerajinan menyebar di 9000 pulau berpenghuni 1200 suku bangsa dari 17.504 pulau yang ada. Secara vertikal, kerajinan hadir dalam keseharian kehidupan bangsa sejak ribuan tahun lalu. Dalam kreativitas desain, bila setiap suku mengeluarkan 2 saja desain etnis setiap tahun, maka sudah ada 2400 desain baru. Artinya, sangat banyak potensi di bidang kerajinan yang bisa kita manfaatkan,\" paparnya dalam Diskusi Ekonomi Kreatif di Bank Indonesia Yogyakarta, kemarin. Potensi ini, lanjut dia, menempatkan craftmenship Indonesia tak tersaingi satu bangsa manapun di dunia. Apalagi, jika diimbangi dengan kekayaan ragam bahan baku yang terdapat di Indonesia. \"Maka nantinya bisa berkembang. Tidak hanya kerajinan saja. Tapi bisa untuk mebel, kuliner, tourism, dan lain sebagainya,\" ujarnya. Dengan mementingkan keamanan, APIKRI tetap konsisten untuk terus mengeksplorasi ragam kekayaan Indonesia. Tanpa harus merusak alam Indonesia. \"Walaupun kita punya kekayaan SDA (Sumber Daya Alam, red), tapi setiap produk harus aman untuk siapapun. Termasuk untuk lingkungan. Pilihlah bahan baku yang tidak merusak lingkungan,\" paparnya. Secara konsisten pula, APIKRI terus memperkenalkan kerajinan asal Indonesia ke 90 persen pasar internasional. Seperti Prancis, Spanyol, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, Maladewa, dan negara-negara lainnya. Hasilnya pun, sangat fantastis. Pendapatan APIKRI per tahun sejak lima tahun terakhir berkisar Rp3 miliar - Rp4,1 miliar. \"Terlepas dari hal itu, APIKRI juga tidak melupakan segmen dan target market. Melihat dinamika dan tantangan pasar agar keberadaan kami tetap bertahan di tengah persaingan yang ketat ini,\" terangnya. Menariknya lagi, usaha dan kerja keras APIKRI untuk membawa kerajinan asal Indonesia di kancah internasional terus didukung oleh pemerintah setempat. \"Kami berkomitmen untuk menumbuhkembangkan iklim budaya kreatif, mendorong kecamatan sebagai pusat pengembangan buday, dan mendorong kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Untuk mewujudkan masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, berdaya saing, dan berkeadilan,\" Kabag Perekonomian Kabupaten Sleman Ir AA Ayu Laksmidewi TP MM. Di samping itu, pemerintahan Kabupaten Sleman pun terus berupaya untuk meningkatkan jalinan kerjasama antar akademisi, pebisnis, publik atau komunitas kreatif. Kerjasama itulah yang membuat Kabupaten Sleman menjadi salah satu daerah termaju DIY. Sehingga seluruh potensi yang dimiliki di Kabupaten Sleman dapat tereksplor secara maksimal. \"Kami punya banyak potensi. Mulai dari periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion atau mode, kuliner dan sebagainya. Semua itu dikemas sedemikian rupa dengan kerjasama berbagai pihak untuk dikembangkan menjadi ekonomi kreatif berbasis budaya. Sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi turis dari dalam maupun luar negeri,\" paparnya yang kemudian diiyakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Tazbir. Tak heran jika pengembangan kerajinan di Sleman dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Di tahun 2006, kata dia, industri kecil di Sleman berjumlah 14.342. Pada pertengahan tahun 2012 mencapai 15.448. Sedangkan jumlah industri besar dan menengah saat ini berjumlah 115 unit usaha. \"Dilihat dari pertumbuhannya, perkembangan UMKM tumbuh lebih cepat. Karena disinilah potensi yang sesungguhnya untuk meningkatkan ekonomi kreatif dan dunia pariwisata kami. Apalagi, dari 98 Perguruan Tinggi di DIY Yogyakarta, 40 di antaranya berada di Kabupaten Sleman,\" terangnya. Sementara itu, Rektor STMIK AMIKOM Yogyakarta Prof Dr M Suyanto MM menuturkan bahwa di era digital saat ini ekonomi kreatif tak bisa terlepas dari teknologi. Memanfaatkan teknologi adalah salah satu cara untuk terus mendongkrak perekonomian. \"Manfaatkan internet. Karena grafiknya dari tahun ke tahun penggunaan internet akan selalu meningkat. Hal ini yang sebetulnya perlu kita sadari. Bahwa di era digital saat ini ekonomi kreatif perlu memanfaatkan teknologi,\" ujarnya. Misalnya jejaring sosial. Seperti facebook, twitter, website, dan sebagainya. Bahkan, kata dia, mengemas suatu industri kreatif pun dapat dimulai dengan sebuah teknologi. Sehingga mampu menjadikannya pundi-pundi rupiah. \"Membuat film animasi, misalnya. Kita kemas dengan apik tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisional dan ciri khas yang dimiliki negara kita,\" katanya. Dalam kesempatan yang sama, Deputi Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Cirebon Bambang Mukti Riyadi berharap dari studi banding yang diikuti para pelaku usaha, insan pers, dan sejumlah perwakilan dari Pemerintahan Kota Cirebon dapat diaplikasikan di Cirebon. Untuk terus memajukan perekonomian yang kreatif di kota Cirebon. \"Karena kami tahu, Cirebon juga punya potensi seperti Yogyakarta. Tapi kenapa Yogya bisa hidup dan maju perekonomiannya? Di sinilah kami berguru, diskusi dan hasil dari diskusi ini diharapkan bisa diterapkan di Kota Cirebon,\" pungkasnya. Selain berdiskusi, seluruh peserta studi banding mengunjungi showroom APIKRI, Sanggar Batik Kayu Peni, dan sejumlah pusat kerajinan lainnya. (nda)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: