RS Polri Sudah Periksa 152 DNA

RS Polri Sudah Periksa 152 DNA

IDENTIFIKASI korban pesawat Lion Air JT 610 juga masih akan terus berjalan. Wakil Kepala Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Kombes Pol Haryanto mengatakan setiap hari pihaknya menerima update jumlah korban yang ditemukan. Dari puluhan kantong jenazah yang sudah masuk ke RS Polri, DNA posmortem yang telah diperiksa sebanyak 272. Haryanto menyampaikan, untuk data antemortem pihaknya telah menerima 255 laporan. Laporan terbagi atas 43 data dari Pangkalpinang dan 212 dari RS Polri Jakarta. “Dari laporan antemortem ada 152 DNA telah diperiksa. Kita masih terus bekerja, semoga dengan cepat ada perkembangan terbaru,” ucapnya. Haryanto menyampaikan, RS Polri Kramat Jati telah memberikan pendampingan psikologis kepada 69 keluarga korban. “Bagaiamana pun juga kita harus memerhatikan psikologi keluarga penumpang. Kita juga menghindrari trauma-trauma mereka. Kita ada trauma healing memulihkan keadaan psikoligi mereka, ada permohonan dari mereka agar tidak menyebutkan hal-hal yang membuat mereka miris dan dirasakan sadis. Cukup menggunakan kata penumpang, jangan lagi menggunakan  kata yang lain,” paparnya. Sementara itu, KNKT mengaku hati-hati terkait pemeriksaan black box yang berisi data recorder pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang. Menurut Wakil Ketua KNKT, Haryo Satmiko, keadaan black box saat ditemukan tidak dalam kondisi sempurna. Proses mengungkap isi black box bisa membutuhkan waktu tiga bulan. “Bahwa apa yang kami dapat, black box ini kan bukan dalam keadaan normal. Jadi penanganannya harus agak teliti karena takut datanya rusak,” kata Haryo Satmiko, Jumat (2/11). Data-data yang ada dalam black box tersebut, kata Haryo, sejak pagi kemarin telah diunduh oleh pihaknya. Lantaran kerusakan yang dialami pada black box, Haryo mengatakan pengerjaan pun menjadi sedikit terkendala. Haryo juga menuturkan, jika tidak dalam kondisi rusak sebenarnya pihaknya sudah bisa langsung mengunduh data dalam black box. “Untuk itu, prinsipnya kalau masih normal malam itu (Kamis 1 November 2018) juga masih bisa kami dapatkan (data). Tapi karena itu adalah potongan dan lain-lain maka kami harus memotong beberapa kabel dan lain-lain, agar tak rusak datanya. Jadi, memang pekerjaannya agak lambat karena kehati-hatian,” ujarnya. Untuk itu Haryo mengaku pihaknya butuh waktu dalam proses tersebut. ”Setelah mengunduh banyak prosesnya dari raw data, sampai pada membuat kalimat transkrip, masih butuh data lain. Analisa seperti tahun yang lalu dengan kejadian Air Asia, analisa kami karena itu ada seribu parameter yang kami pilih 50-100 orang. Jadi, membutuhkan waktu lama,” tuturnya. Lebih lanjut Haryo mengatakan, diprediksi bisa saja dibutuhkan lebih dari satu bulan untuk membaca isi seluruh data penerbangan yang ada dalam FDR. Maka dari itu, diharapkan bantuan dari KNKT Amerika bisa membuat waktu lebih singkat. “Kurang lebih pengalaman kami sekitar tiga bulan. Nah, mudah-mudahan dengan kami dibantu pemerintah Amerika itu lebih cepat,” imbuhnya. (AF/FIN)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: