Lampu Merah di Pelandakan Perlu Evaluasi
CIREBON-Keluhan masyarakat soal kota yang tambah macet, berturut-turut disampaikan lewat rubrik SMS Priben Jeh Radar Cirebon. Disadari atau tidak, kemacetan sudah jadi keseharian warga kota. Salah satu titik yang jadi sorotan ialah Jalan Kalitanjung-Pelandakan. Yang setiap pagi dan sore selalu mengalami kepadatan. Kepala Unit Dikyasa Polres Cirebon Kota, Iptu Bambang Indrijanto SH mengatakan, penyebab kemacetan di titik ini ada beberapa aspek. Diantaranya yang berkaitan dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL). \"Ya, awalnya di Pelandakan itu hanya pertigaan, dan APILL nya dikondisikan untuk pertigaan saja. Tapi sekarang sudah jadi perempatan, tentunya diperlukan rekayasa lalulintas untuk mengakomodirnya,\" ujar Bambang kepada Radar Cirebon, Selasa (6/11). Kondisi awal ini tidak diikuti dengan rekayasa lalu lintas tarbaru. Juga mengantisipasi mobilitas kendaraan dari Kota-Kabupaten Cirebon. Ini juga diperparah dengan sisi jalan kecil yang ada semakin lebar dan ramai. Yang kemudian jadilah perempatan. Bambang memaparkan, semula kendaraan dari arah Kalitanjung menuju Sumber diisyaratkan untuk lurus jalan terus. Sekarang tidak bisa, kendaraan harus mengikuti sinyal lampu merah. Sedangkan antreannya bisa panjang, yang tidak bersabar akan gunakan jalur kanan, sehingga dipertigaan terjadi stuck. \"Selain penempatan petugas pada jam tertentu, kami akan evaluasi APILL tersebut dengan Dishub. Bagaimana pengaturan dan rekayasanya nanti akan dibahas,\" jelasnya. Penyumbang kemacetan lainnya, adalah penyempitan jalan. Dengan adanya proyek penggalian pipa, jalan menjadi sempit dengan arus lalulintas yang padat. Ditambah dengan tidak tertibnya pengemudi angkutan yang ngetem disekitar lampu merah. “Kami akan bicara dengan dishub. Ini akan kita tindak,\" katanya. Selain kemacetan di Jl Kalitanjung-Pelandakan, Kota Cirebon memang mengalami penambahan kepadatan kendaraan. Dari 23 titik rawan macet, jumlahnya diprediksi terus bertambah. Pantauan Radar Cirebon, di sepanjang Jl Perjuangan, kemacetan mulai terlihat dari depan SMAN 7. Kemudian memanjang hingga pertigaan Universitas 17 Agustus. Dari sekian banyak titik kemacetan, hanya lima yang bisa ditangani petugas dinas perhubungan. Kendalanya adalah jumlah personel di Seksi Pengendalian dan Operasional (Dalops). Kepala Seksi Dalops Dishub Rony Priatna mengatakan, rasio titik macet dan petugas tidak sebanding. Hanya ada 18 petugas yang siap melakukan pengaturan lalu lintas. Praktis hanya lima titik yang bisa ter-cover yakni di simpang Jl Cipto Mk (Pusdiklatpri), simpang empat Jl Pemuda, simpang empat Jl Terusan Pemuda DPUPR, simpang tiga Jl Perjuangan (Untag) dan u-turn PLTG Sunyaragi. \"Petugas itu kita bagi jadi beberapa regu, mereka kita sebar lagi,” ujar Rony. Untuk teknis saat ini, dishub membagi petugas menjadi sembilan regu. Setiap titik ada dua orang petugas, terutama saat operasi 68 (pukul 06.00-08.00). Dengan jumlah personil itu tentu saja tidak bisa maksimal dalam menjaga ketertiban lalu lintas. Dari hasil kakian kebutuhan petugas, paling tidak dibutuhkan 90 petugas dalops. Dengan kuantitas ini, baru bisa ditangani 23 titik rawan kemacetan. Tapi itu belum termasuk Lampu Merah Jl Pelandakan dan Jl Ciremai Raya. (gus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: