Dibalik Kematian Tragis Kakak Beradik asal Arab Saudi di New York

Dibalik Kematian Tragis Kakak Beradik asal Arab Saudi di New York

Kematian dua kakak beradik asal Arab Saudi, yang mayatnya ditemukan di Sungai Hudson – New York, bulan lalu, mengungkap perjalanan rahasia dan berisiko yang kerap dilakukan sejumlah perempuan Arab Saudi untuk melarikan diri dari rumah mereka, baik di negara kerajaan itu maupun di luar negeri. Tala Farea, yang berusia 16 tahun, dan kakaknya Rotana Farea, yang berusia 23 tahun, kabur dari rumah mereka di Fairfax, Virginia, dengan alasan kerap mendapat perlakuan kasar, sebelum akhirnya datang ke sebuah tempat penampungan. Keduanya kemudian melakukan perjalanan ke New York sekitar tanggal 23 atau 24 Agustus dengan menggunakan moda transportasi berbeda, tinggal di hotel mewah dan memaksimalkan penggunaan kartu kredit Rotana sekitar tanggal 1 September. Apa yang berikutnya terjadi masih dalam penyelidikan. Mayat keduanya, yang masih berpakaian lengkap dan tidak menunjukkan tanda-tanda trauma, ditemukan pada 24 Oktober di tepi Sungai Hudson, dalam kondisi tubuh dililit pita perekat tahan air. Polisi: Sejumlah Orang Mengatakan Keduanya Lebih Memilih Mencelakakan Diri daripada Kembali ke Arab Saudi Kepala Detektif Kepolisian Kota New York Dermot Shea kepada Associated Press mengatakan orang-orang yang mengenal keduanya di Fairfax, Virginia, mengatakan kepada tim penyelidik bahwa tahun lalu mereka mengisyaratkan “lebih memilih mencelakakan diri mereka sendiri atau bunuh diri dibanding harus kembali ke Arab Saudi.” Hal ini mungkin karena di Arab Saudi, berdasarkan sistem perwalian di negara kerajaan itu, perempuan sedianya mendapat persetujuan dari kerabat laki-laki, seperti ayah, suami, saudara laki-laki atau bahkan anak-laki-laki; untuk menikah, melakukan perjalanan atau memiliki paspor. “Kenyataannya mereka terus menjadi sasaran sistem perwalian bagi lebih banyak masalah lain, termasuk pelecehan fisik dan seksual yang dihadapi di rumah. Ini yang kami lihat dalam seluruh kasus perempuan yang berupaya melarikan diri,” ujar peneliti Human Rights Watch Adam Coogle. Ditambahkannya, ada pula perempuan yang dipaksa menikah. Namun Coogle tidak merinci kasus kedua kakak beradik Arab Saudi tersebut karena kasusnya masih dalam penyelidikan. Dalam kasus lain, perempuan dilarang menikah atau gaji mereka disita oleh wali mereka. Jika perempuan yang melarikan diri tertangkap, mereka dapat dipaksa untuk kembali ke rumah atau ditempatkan di tempat penampungan di mana mereka biasanya akan kabur lagi. Lainnya dipenjara dan hanya wali laki-laki mereka yang dapat menandatangani pembebasan. Mariam Al Otaibi Dihukum 100 Tahun karena Ingin Kabur Tahun lalu aktivis perempuan Arab Saudi Mariam Al Otaibi menghabiskan lebih dari 100 hari di unit perempuan penjara Al Malaz di Riyadh setelah ayahnya menyampaikan keluhan kepada polisi tentang niatnya untuk kabur dari rumah. Ia kemudian pindah dari propinsi ultra-konservatif Qassim ke ibukota, di mana para pendukungnya berupaya membantunya menyewa tempat tinggal dan menemukan pekerjaan. Ia dibebaskan dari penjara setelah kasusnya menarik perhatian aktivis dan kelompok-kelompok HAM. Dina Lasloom Hilang Ketika Berupaya Kabur ke Australia Tahun lalu sebuah permohonan yang disampaikan Dina Ali Lasloom, perempuan Arab Saudi berusia 24 tahun, juga meledak di media sosial setelah ia diketahui menghilang. Dalam sebuah video yang dipasang di dunia maya, Dina mengatakan paspornya disita di sebuah bandara di Filipina, dalam perjalanan menuju ke Australia di mana ia berencana mengajukan suaka politik. Sejumlah aktivis perempuan di Arab Saudi mengatakan Dina akhirnya dipaksa naik pesawat untuk kembali ke negara kerajaan itu bersama dua pamannya, yang sebelumnya terbang dari Riyadh untuk menghentikan langkah Dina. Mereka mengatakan otorita berwenang kemudian membawa Dina ke tempat penampungan karena perhatian luas dunia internasional. Seorang perempuan Arab Saudi yang berupaya menemui Dina di bandara Riyadh untuk membantunya, justru ditahan oleh otorita berwenang selama beberapa hari. Ingin Buat LSM Perlindungan Perempuan, Aktivis Arab Saudi Ditangkap Sekelompok aktivis hak-hak perempuan di Arab Saudi pernah berupaya mengumpulkan uang bagi perempuan yang melarikan diri dan berencana mendirikan sebuah LSM untuk melindungi perempuan yang mengalami pelecehan. Tetapi Mei lalu, otorita berwenang menangkap sedikitnya sembilan aktivis perempuan dan tiga laki-laki yang mendukung upaya mereka. Hingga saat ini mereka masih dipenjara dengan dakwaan terkait keamanan nasional. Bagi perempuan Arab Saudi yang melarikan diri, ini adalah soal hidup dan mati. Dan ini adalah masalah yang dihadapi warga di Arab Saudi. Aktivis-aktivis perempuan Arab Saudi menggambarkan tempat penampungan di mana mereka yang melarikan diri biasanya ditempatkan, lebih seperti penjara. Perempuan yang ditampung di tempat-tempat semacam itu tidak dapat mengakses internet atau telpon selular, gerakan mereka dibatasi dan satu-satunya jalan untuk keluar dari tempat penampungan itu adalah dengan tanda tangan kerabat laki-laki. Tempat penampungan mengatakan mereka memberikan layanan psikiatri dan terapi, tetapi tidak akan menerima atau merawat perempuan yang misalnya hamil di luar nikah. Hubungan seksual pra-nikah dapat dituntut secara pidana di Arab Saudi dan sejumlah negara Muslim lain. Sepanjang 2015 Ada 577 Perempuan Arab Saudi Kabur dari Rumah Data statistik terbaru dari Kementerian Pembangunan Sosial dan Ketenagakerjaan menunjukkan sepanjang tahun 2015, ada 577 perempuan Arab Saudi yang berupaya melarikan diri dari rumah mereka. Angka ini mungkin jauh lebih tinggi mengingat banyak keluarga tidak melaporkan jika ada anggota keluarga mereka yang melarikan diri karena kuatnya stigma sosial. Kakak beradik Tala dan Rotana Farea pindah dari Arab Saudi ke Amerika bersama ibu dan kedua adik mereka pada tahun 2015. Menurut Arab News, yang berbicara dengan sejumlah kerabat keduanya, ayah mereka menghabiskan waktu di Arab Saudi dan Amerika. Beberapa Saksi Mata Beri Informasi, Polisi Masih Lakukan Penyelidikan Setelah kematian kakak beradik itu, beberapa saksi mata menelpon polisi dengan sesuatu yang menurut mereka “telah menghantui.” Mereka antara lain melihat kedua kakak beradik itu berdiri terpisah di Riverside Park di New York, menundukkan kepala sambil berdoa keras selama beberapa jam sebelum mayat mereka ditemukan. Tim penyelidik belum mengatakan keduanya bunuh diri, tetapi mengatakan “belum ada informasi yang kredibel tentang adanya kejahatan terhadap mereka.” Jenazah kedua kakak beradik itu dikembalikan ke Arab Saudi pada 3 November dan dimakamkan pada hari yang sama di Madinah. “Apapun yang terjadi, ini adalah tragedi,” ujar Dermot Shea, Kepala Detektif Kepolisian Kota New York. (voa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: