Komunitas Kendi Pertula Pamerkan 100 Foto-foto Perjuangan
CIREBON-Perjuangan Rakyat Cirebon menjadi bagian andil dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Hal itu tergambar dari sejarah perjuangan rakyat cirebon mengusir tentara NICA. Untuk mengenang ini, Komunitas Kendi Pertula didaulat oleh Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) menghimpun, menginventarisasi dokumen terkait perjuangan rakyat Cirebon. Rencananya tak kurang dari 100 foto bakal dipamerkan dalam acara yang bakal digelar 18-20 November di Islamic Center At Taqwa Cirebon. Pendiri Komunitas Budaya Kendi Pertula Mustaqim Asteja menjelaskan, saat ini yang perlu bagi bangsa adalah keteladaan. Di mana saat ini, sesama bangsa saling menghujat atau mengaku paling NKRI, paling Pancasila. Generasi masyarakat saat ini harus bisa belajar dari peristiwa perjuangan kemerdekaan. Sebab pada jiwa proklamasi tidak ada kata aku. Tapi jiwa kami ingin memperjuangkan kemerdekaan. \"Saat itu pemerintah dan masyarakat bersatu dalam memperjuangan kemerdekaan, tidak ada kata aku, tapi yang ada adalah jiwa kami ingin memperjuangan kemeredekaan,\" ujar Mustaqim kepada Radar Cirebon. Maka atas inisiatif dari para sesepuh dari LVRI, mengajak Komunitas Pusaka Cirebon Kendi Pertula untuk kembali menginventarisasi, menginternalisasi dan mengaktualisasikan kembali jiwa dan semangat nilai juang proklamasi yang mulai pudar saat ini. Dalam rangka itulah dalam waktu dekat akan diadakan pameran yang materinya berisi jiwa semangat nilai juang 1945 yang dilakukan rakyat Cirebon dalam membela proklamasi kemerdekaan dan menegakan kedaulatan NKRI. Upaya ini didukung juga oleh GM FKPPI Kota Cirebon, serta berbagai macam komponen masyarakat Cirebon lainnya. Baik pemerintah dan masyarakat. Salah satunya Laskar Macan Ali. Kodim 0614, Lanal Cirebon, Yon Arhanudse serta masyarakat budayawan Cirebon. \"Tidak kurang 100 foto akan dipamerkan yang selama ini belum dikaetahui akan dipamerkan,” tuturnya. Dijelaskan Mustaqim, banyak sejarah di Cirebon yang perlu diketahui masyarakat. Sebab pasca proklamasi, menjadi awal perjuangan kembali dalam mempertahankan kemerdekaan. Ketika Proklamasi dibacakan tahun 1945 oleh Bung Karno, perjuangan belum usai. Langkah perjuangan rakyat cirebon dalam mempertahankan kemerdekaan dimulai dengan pembangunan tugu proklamasi atau disebut juga tugu kemerdekaan. Tugu itu dibangun setahun setelah Bung Karno dan Bung Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Tugu itu dibangun 17 Agustus 1946. Setahun kemudian masyarakat Cirebon tetap berjuang untuk mempertahankan proklamasi. Batu pertama tugu kemerdekaan itu dibuat pada 17 Agustus 1945 jam 10.30. Tugu itu dibangun oleh Residen Cirebon yang merupakan pemerintahan tertinggi di Cirebon saat itu dan juga Dewan Perjuangan Daerah Cirebon. Hal itu memggambarkan perjuangan dilakukan bersama, antara pemerintah yang terbentuk saat itu, bersama rakyat. Cirebon, kata Mustaqim, jelas punya peran besar dalam menegakan kemerdekaan RI. Terutama setelah proklamasi pada masa awal. Dalam membuktikan dukungan dilakukan dengan langkah perjuangan. Diantaranya ketika proklamasi Indonesia belum diakui. Dengan cara menyambung jalinan hubungan internasional yang dilakukan oleh masyarakat Cirebon pada tanggal 20 Agustus 1946, sebagai upaya menjalin kerjasama antara internasional dengan mengirimkan ribuan ton padi ke India. Pengiriman ini dilakukan dari Pelabuhan Cirebon. Pengiriman ini, ditukar dengan tekstil, ban dan onderdil mobil dari India. Sebagai upaya kerjasama untuk mendapatkan pengakuan dunia internasional. Kedua, dalam upaya menyelesaikan peperangan yang terjadi setelah proklamasi antara tentara dan laskar pejuang melawan NICA Belanda yang ingin kembali menjajah. Juga diupayakan dengan perundingan. Diantaranya perundingan di Linggarjati yang terjadi pada tanggal 10-14 November 1946. Waktu itu bisa meredakan peperangan. Namun meski sudah dilakukan perundingan dengan juru penengah Lord Killen. Naskah tersebut diparaf 15 November dan ditandatangani 25 Maret 1947. Di Istana Rijcwik Jakarta. Isi pokok perjanjian itu antara lain sudah mulai mengakui Belanda atas kekuasaan RI yang meliputi pulau Jawa Madura dan Sumatera. Selanjutnya dibentuk Republik Indonesia Serikat. Meski demikan, masa perundingan Linggarjati, NICA sering membuat gara-gara dengan merongrong NKRI. Hal itu terjadi pada tanggal 5 Jan 1947, pasukan RI pangkalan Belanda menyerang angkatan laut RI di Pangkalan III Cirebon yang sedang melakukan latihan di sekitar teluk Cirebon. Tentara NICA Menembaki Kapal RI Gajah Mada hingga tenggelam. Dalam peristiwa itu, Letnan Samadikun gugur dalam mempertahankan teritorial wilayah RI. \"Yang dilakukan Samadikun semangat mempertahankan kadaulatan teritorial NKRI,\" jelasnya. Kemudian beberapa bulan hasil kesepakatan dikhianati Belanda. Di mana tanggal 21 Juli 1947, Pasukan Belanda melakukan agresi militer pertama menyerang wilayah Jawa barat termasuk Cirebon dan berhasil diduduki Belanda. Mengahadapi ini, diputuskan oleh dewan pertahanan Karisidenan Cirebon dan Brigade Sunan Gunung Jati yang telah terbentuk untuk segera menetapkan Kecamatan Ciwaru di Kabupaten Kuningan sebagai pusat Kerisidenan Cirebon Agustus 1947 secara darurat. Meski sudah diduduki NICA, ternyata pemerintah masih berjalan. Tentara yang terbentuk di pemerintahan darurat itu, menghadapi Belanda dengan bergerilya dan perlawanan rakyat semesta. Kemudian menghadapi itu, tugu menjadi simbol 1945. Rakyat sendiri melihat keadaan darurat membentuk gerakan gerilya dengan membentuk laskar pembela kemerdekaan pada tanggal 1 September 1947. Dengan simbol kepala kuda. Berkedudukan di Cirebon. Lalu timbul laskar-laskar lainnya. (jml)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: