BPBD Kabupaten Cirebon Sebut Kerugian Akibat Bencana Tembus Rp141 M
CIREBON-Bencana yang terjadi selama kurun waktu 2018, membuat banyak kerugian. Terutama karena banyaknya infrastruktur yang mengalami kerusakan. Jika ditotal, kerugian mencapai Rp141 miliar. Bencana tersebut dimulai sejak awal tahun hingga Oktober 2018. Berbagai bencana yang melanda Kabupaten Cirebon antara lain, longsor dan gerakan tanah yang terjadi sebanyak enam kali di lima kecamatan dan delapan desa. “Akibat longsor dan gerakan tanah ini, sedikitnya 43 rumah rusak. Yang terdampak adalah 55 kepala keluarga dengan 218 jiwa. Dan dua jembatan rusak,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon Dadang Suhendra. Selain itu, bencana lainnya adalah angin puting beliung dan cuaca ekstrem yang melanda sebanyak 10 kali di berbagai titik di Kabupaten Cirebon. “Angin puting beliung dan cuaca ekstrem ini melanda lima kecamatan dan delapan desa. Jumlah rumah yang rusak mencapai 303 rumah, 223 kepala keluarga dengan 232 jiwa yang terdampak,” tukas Dadang. Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon memberdayakan masyarakat dan relawan, dengan cara memberikan pelatihan simulasi menghadapi bencana alam. Minggu pagi (18/11), BPBD Kabupaten Cirebon memberikan pelatihan kepada para warga dan relawan di Desa Wanakaya, Kecamatan Gunungjati. Lokasi itu, menjadi langganan bencana banjir setiap tahun. Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon, Dadang Suhendar kepada Radar mengatakan, sengaja memberikan pelatihan kepada masyarakat untuk mengantisipasi bila terjadi bencana alam. “Kita laksanakan simulasi kesiapsiagaan masyarakat Desa Wanakaya, apabila menghadapi bencana banjir,” ujarnya. Pelatihan ini merupakan kegiatan Desa Tangguh Bencana yang dilaksanakan di dua desa di Kabubpaten Cirebon. “Kegiatan ini bantuan dari pusat BNPB. Tahun sekarang kita mendapat dua lokasi desa untuk dilatih dalam rangka Destana (Desa Tangguh Bencana). Dua Desa ini sengaja kami pilih yang setiap tahun terdampak bencana. Pertama, Desa Wanakaya terdampak banjir dan Desa Gemulung Lebak terdampak tanah longsor,” tuturnya. Tidak hanya pelatihan simulasi saja, warga dan relawan juga dibekali teori menghadapi bencana alam. Setelah selama enam hari mendapatkan pelatihan dari beberapa pemateri dan beberapa teori dari dinas, kemudian dilakukan simulasi. Menurutnya, perpaduan antara relawan dan warga sangat penting dalam antisipasi dampak dari bencana alam. Ketenangan, merupakan kunci utama bagi warga untuk mengurangi risiko dampak bencana alam yang terjadi. Yang paling sulit adalah melakukan evakuasi di tempat yang sulit dijangkau. Sehingga perlu adanya warga dan relawan. (via/den)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: