Innalillahi, TKI Asal Cirebon Meninggal di Arab Saudi
CIREBON- Kabar tak baik datang dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Cirebon. Ada yang meninggal dunia saat bekerja, ada juga yang terjebak di Suriah. Data yang dihimpun Radar Cirebon, TKI yang meninggal dunia adalah Pendi (55), asal Desa Beringin, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Pendi disebut-sebut meninggal ketika sedang bekerja sebagai sopir bus di salah satu perusahaan transportasi di Arab Saudi. Pendi meninggal pada Sabtu (17/11) pukul 07.00 pagi waktu setempat. Pihak keluarga mendapat kabar sekitar pukul 14.30 WIB. “Pertama dapat kabar dari keponakan yang juga bekerja di sana,” ujar Popon, istri korban saat ditemui di rumah keluarganya di Blok Kroya, Desa Beringin, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Popon mengatakan, penyebab meninggalnya sang suami belum diketahui secara pasti. Dia hanya mendapat kabar jika suaminya meninggal dalam perjalanan saat sedang bekerja di perusahaan transportasi publik, Saptco. “Saat dalam perjalanan sesampainya di Tabuk, suami saya minta gantian dengan rekannya karena sakit. Ketika temannya sedang nyetir, suami saya duduk di samping. Entah apa penyebabnya, pada saat itu dia meninggal dunia,” cerita Popon. Sebulan sebelumnya, kata Popon, suaminya sempat memberi kabar kalau sedang dirawat di salah satu rumah sakit di Arab Saudi selama 4 hari karena sakit lambung. “Sekarang yang saya harapkan kepulangan jenazah suami agar dapat dipercepat dan tidak terkendala apapun,” tuturnya. Putri Aningrum, anak pertama almarhum, menuturkan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan perusahaan tempat ayahnya bekerja dan sedang menunggu surat kematian agar proses pemulangan jenazah dapat segera dilakukan. ”Dari perusahaan sedang menunggu surat kuasa untuk pengantaran jenazah. Rencananya kalau sudah ada surat jenazah, akan diproses secepatnya. Sekitar 2 mingguan,” ujar Putri. Pihak keluarga sangat terpukul dengan kepergian Pendi. Almarhum juga sebenarnya berencana akan pulang pada bulan Januari tahun depan. Pendi sudah lebih dari 10 tahun bekerja di Arab Saudi. Ia terakhir bertemu keluarga dua tahun lalu. Ketika itu Pendi mengambil cuti untuk menemui keluarga di rumah sekaligus menghadiri wisuda anak pertamanya. TERJEBAK DI SURIAH Sementara itu, TKI asal Desa Cikulak, Kecamatan Waled, Fitri (23), kini terjebak di Suriah. Dua tahun lebih Fitri ada di negara yang sedang berkonflik itu. Dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT). “Keluarga sudah berikan kuasa. Persoalan ini akan kami advokasi,” ujar Sandy, aktivis Cirebon Timur saat ditemui Radar Cirebon. Sebelumnya, lanjut Sandy, pihak keluarga sudah melakukan komunikasi dengan BNP2TKI. Menurutnya, Fitri sendiri awalnya berangkat bekerja ke Malaysia. Saat itu Fitri berangkat dengan menggunakan visa calling. Dari sinilah kemudian cerita panjang penuh cobaan akhirnya dialami Fitri. “Saat tiba di Malaysia, ternyata pekerjaan yang dijanjikan sudah diisi orang lain. Akhirnya ada tawaran lagi ke Fitri. Terpaksa diterima. Tidak tahunya lokasinya di Suriah,” imbuhnya. Kini, berada di negara konflik, membuat Fitri sulit untuk bisa komunikasi dengan keluarga. Komunikasi terakhir pada awal tahun 2018. “Fitri berangkat 2016. Gajinya di tahun kedua belum dibayarkan. Sesekali pernah telepon ke keluarga, katanya di sana sering mengalami kekerasan fisik dari koordinatornya. Jadi kita dorong ke pemerintah agar segera turun tangan mengevakuasi Fitri dari Suriah,” bebernya. Dijelaskan Sandy, Fitri adalah korban dari PJTKI yang menyalurkannya. Perjanjian yang ditawarkan tidak sesuai dengan perjanjian awal. Yakni bekerja di Malaysia, tapi justru masuk Suriah dengan prosedur tak resmi. “Ini yang kita khawatirkan. Dia justru menjadi korban. Kita sedang cari pihak yang memberangkatkan Fitri untuk dimintai pertanggungjawaban. Atau jika tidak, terpaksa kita lapor ke polisi,” pungkasnya. (ade-mg/dri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: