Inflasi Terjaga, Daya Beli Turun atau Harga Terkendali?
CIREBON-Selama bulan Januari hingga Oktober 2018 Cirebon mengalami deflasi sebanyak tiga kali dan tujuh kali inflasi. Apa penyebabnya? Harga terkendali, atau daya beli masyarakat yang menurun? Kondisi ini menjadi cerminan ekonomi yang terkendali. Termasuk harga kebutuhan pokok. Meski tidak ditampik, ada pandangan yang menyebutkan bahwa kondisi ini imbas dari penurunan daya beli. Anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Moh Yudi Mahadianto SE MM menilai, pengendalian inflasi ini lebih kepada keberhasilan pengendalian harga. Terutama intervensi yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Keberadaan lembaga ini, dinilai berdampak positif. Termasuk dengan pelaksanaan operasi pasar, di tengah tingginya harga sejumlah barang dan jasa. Intervensi ini juga dapat dikatakan efektif. Termasuk di momen di mana terjadi konsumsi masyarakat yang lebih besar dari biasanya. \"Kita lihat di hari raya Idul Fitri, itu masih terkendal. Di Januari ada kenaikan harga dan ternyata, masih bisa dikendalikan,\" ujar Yudi kepada Radar Cirebon. Ia juga optimis, dalam dua bulan terakhir harga tetap terkendali. Meski di pasaran diperkirakan harga sayuran dan kebutuhan pokok bakal berfluktuasi, atas pengaruh pancaroba dan musim hujan. “Mudah-mudahan, volatile food ini bisa dikendalikan. Dua bulan nanti sampai pergantian tahun,” ucapnya. Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Unswagati ini memprediksi inflasi di akhir tahun bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti biaya transportasi, dan kenaikkan gaji yang juga turut mempercepat persebaran uang. Di akhir tahun ini, ada beberapa libur yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan perjalanan liburan. Di dua bulan terakhir ini, masyarakat khususnya kelas menangah kerap menghabiskan waktu dengan bepergian. Berbeda dengan volatile food, yang diprediksi memang bakal menjadi pemicu inflasi. Sama seperti di awal tahun ini. Tetapi upaya pengendalian harga dengan operasi pasar, sejauh ini dianggap masih efektif. Contoh kasus ialah operasi pasar telur ayam ras. Yang dilaksanakan ketika terjadi kenaikan harga signifikan di medio September. Berdasarkan target Provinsi Jawa Barat dan nasional, inflasi Kota Cirebon berada dalam rentang cukup baik. Target di Jabar sendiri 2 persen. Sedangkan nasional 3,5 persen. Bahkan, tiga bulan terakhir terjadi deflasi. Di mana terjadi inflasi tipis 0,12 persen dengan year to date (ytd) 1,83 persen. Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw BI Cirebon Rawindra Ardiansah mengungkapkan, inflasi memang sempat tinggi di awal tahun 2018. Ketika itu yang paling berpengaruh adalah kenaikan volatile food atau bahan makanan pokok seperti beras, dan upah tukang. Kemudian kenaikkan BBM turut mempengaruhi inflasi namun tidak sebesar yang diperkirakan. \"Kenaikan BBM hanya menyebabkan inflasi minor dan bisa terjaga di tiga bulan terkahir, kenaikkan BBM bisa teratasi,\" terangnya. Melalui TPID pihaknya terus berkoordinasi dengan SKPD dan beberapa pihak terkait untuk mengendalikan harga terutama volatile food. Di dua bulan terkahir ini pihaknya pun terus berkoodinasi untuk menjaga harga. Biasanya secara tren kenaikan harga bahan pokok terjadi di akhir tahun karena ada perayaan keagamaan serta pengaruh cuaca yang memasuki penghujan pun akan mempengaruhi harga jual hasil multi kultular. \"Kami juga terus melakukan FGD dengan pelaku pasar dan SKPD terkait, sertamengecek pasokan dan jalur distribusi,\" jabarnya. Sementara itu, Kepala BPS Kota Cirebon Joni Kasmuri SST SE ME menjelaskan, inflasi pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu demand pull inflation dan cost push inflation. Inflasi karena meningkatnya permintaan terhadap berbagai barang dan jasa biasanya lebih banyak terjadi pada event-event tertentu, misalnya lebaran, natal dan tahun baru. Pada momen tersebut kebutuhan masyarakat meningkat, dengan sendirinya akan mengerek kenaikan permintaan. Sedangkan inflasi yang disebabkan karena meningkatnya biaya produksi, salah satunya disebabkan karena kenaikkan harga BBM. Bila harga BBM naik, ongkos produksi bakal ikut terkerek. “Produsen pastinya tidak mau kehilangan profit. Konsekuensinya harga naik,” katanya. Menyoal inflasi Januari-Oktober, Joni menilai, ada di kategori inflasi rendah. Bisa dikatakan inflasi masih terjaga. Kondisi ini bisa dibilang baik. Mengingat dalam lima tahun ke belakang, komposisi ekonomi distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Cirebon didominasi oleh sektor perdagangan. Artinya ekonomi dari sisi lapangan usaha digerakan oleh sektor padat karya yang bisa memberikan lapangan pekerjaan. Kemudian mengurangi angka pengangguran dan bisa mengurangi tingkat kemiskinan. Dalam catatan BPS, 75 persen sektor yang mendominasi komposisi ekonomi distribusi PDRB diantaranya perdagangan, transportasi, jasa keuangan, industri, dan konstruksi. (apr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: