Baja Ringan Terdampak Dolar, Warga Pilih Kayu
INDRAMAYU – Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berdampak pada harga bahan bangunan. Setidaknya kenaikan harga dialami pada kontruksi bangunan seperti rangka atap baja ringan dan genting metal. Kondisi itulah yang membuat warga kembali memilih menggunakan bahan-bahan dari alam seperti kayu maupun bambu sebagai kontruksi bangunan. “Harga baja ringan naik terus, kata penjualnya karena kenaikan dolar. Akhirnya sekarang banyak warga yang mau bangun atau renovasi rumah pakai kayu dan bambu lagi. Kembali kaya dulu,” kata tukang bangunan asal Kecamatan Gabus Wetan, Sudarmono kepada Radar Indramayu, kemarin (7/12). Secara kekuatan, diakuinya, kontruksi berbahan baja ringan lebih kuat, awet dan tahan lama. Namun lantaran harganya sudah dianggap kelewat mahal, banyak warga enggan menggunakannya. Sepengetahuannya, setahun lalu harga genting metal termurah masih di kisaran Rp 20 ribuan. Sekarang sampai Rp 30 ribuan. Demikian pula rangka atap baja ringan yang rata-rata mengalami kenaikan di atas 30 persen. Sedangkan harga kayu, kendati naik masih terbilang wajar karena tergantung jenis dan kualitasnya. Hal itu dibenarkan Sely, salah seorang warga. Selain soal harga, warga memilih kayu sebagai kontruksi bangunan lantaran daya tarik yang diberikan dari kayu itu sendiri. Bangunan dengan bahan kayu memiliki nilai estetika yang tidak biasa. Terdapat nilai seni yang dipancarkan dari setiap jenis serat kayu dan warnanya yang beragam. Dibandingkan dengan bahan bangunan lain, kayu lebih fleksibel karena bisa diatur sesuai dengan keinginan. “Terus mencocokkan kondisi bangunan juga. Kita mau renovasi tapi tetap nyambung desainnya,” ujar dia. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: