Miliarder Terkaya Indonesia, Mochtar Riady Hadapi Tuntutan Hukum Meikarta
Mochtar Riady adalah salah satu orang terkaya di Indonesia. Namun, proyek ambisius perusahaannya untuk membangun Shenzen Indonesia, Meikarta, telah menyeret keluarganya dalam kasus hukum. Bulan Oktober 2018, Meikarta terlibat dalam skandal korupsi ketika beberapa orang, termasuk seorang direktur Lippo, ditangkap karena diduga menyuap pejabat untuk mendapatkan izin. Dengan latar belakang di dunia perbankan, Mochtar Riady adalah salah satu miliarder terkaya Indonesia, pendiri Lippo Group dengan pendapatan tahunan US$8 miliar. Mochtar secara tidak disengaja menjadi pengembang properti pada tahun 1990, berawal dari bangkrutnya seorang peminjam Lippo Bank sehingga tiga lahan besar di luar Jakarta Pusat yang diberikan sebagai jaminan akhirnya menjadi miliknya. Dalam pengakuan baru-baru ini, Mochtar menceritakan bagaimana dia mengubah apa yang pada dasarnya merupakan tanah kosong di kota-kota menjadi berkembang pesat, terinspirasi oleh ledakan kawasan Shenzhen, sebuah desa nelayan yang menjadi zona ekonomi khusus pertama China. Ambisi properti keluarga itu mencapai puncak baru pada tahun 2017 ketika mereka meluncurkan Meikarta, sebuah kawasan hunian luas di Jakarta Timur yang bernilai $21 miliar. Dijuluki sebagai Shenzhen Indonesia, Meikarta dicita-citakan dapat menampung lebih dari 1 juta orang dan menjadi “lebih indah dari Jakarta,” sebagaimana diuraikan dalam laporan tahunan Lippo Karawaci 2017, unit yang terdaftar di balik proyek tersebut. Perusahaan mengklaim telah membuat rekor dengan menjual 16.800 unit perumahan senilai $517 juta. Tetapi awal tahun 2018, laporan tentang krisis likuiditas di pengembang properti, yang disebabkan oleh penjualan yang melambat, mulai muncul, membuat para investor gugup. Untuk meningkatkan arus kas, Lippo Karawaci, yang menghadapi penurunan peringkat oleh lembaga pemeringkat seperti Fitch dan Moody’s, menjual saham dalam unit afiliasi ke OUE yang terdaftar di Singapura, sebuah perusahaan grup yang dikendalikan oleh putra Mochtar yang lebih muda, Stephen Riady. Tapi lebih banyak masalah terus terjadi. Bulan Oktober 2018, Meikarta terlibat dalam skandal korupsi ketika beberapa orang, termasuk seorang direktur Lippo, ditangkap karena diduga menyuap pejabat untuk mendapatkan izin untuk Meikarta. Dalam perkembangan kasus berikutnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Indonesia menggerebek rumah putra tertua Mochtar dan wakil direktur Lippo, James Riady. Sebuah pernyataan oleh Lippo mengatakan bahwa James Riady membantah telah mengetahui atau terlibat dalam insiden yang dituduhkan itu. James menambahkan bahwa dia maupun karyawan Lippo tidak pernah dituduh atau disebut sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Meski demikian, lembaga pemeringkat Fitch menurunkan peringkat kredit Lippo Karawaci pada bulan November 2018 ke potensi default atau gagal bayar, dengan alasan arus kas perusahaan yang melemah dan kemungkinan kewajiban finansial yang besar sebagai konsekuensi dari kasus suap. Saham perusahaan properti tersebut telah turun lebih dari setengah sejak terakhir kali kekayaan perusahaan diukur 12 bulan yang lalu. Saham dari beberapa perusahaan grup lainnya juga telah mengalami masalah, dalam apa yang disebut analis riset kredit di OCBC di Singapura Wong Hong Wei sebagai “efek penularan.” Sementara Mochtar Riady mengklaim sisa kepemilikan pribadinya masih tetap stabil, Forbes Asiamembuat perkiraan yang lebih konservatif. Akibatnya, kekayaan Mochtar turun lebih dari seperlima setelah dipotong untuk dampak keseluruhan pada kepemilikannya yang lebih luas. Bagi raksasa pengembang Mochtar Riady, kemunduran saat ini adalah satu episode dalam serangkaian kegagalan yang telah dia hadapi dalam karirnya yang panjang, seperti serangkaian bank run ketika banyak orang menarik uang dari bank, memaksanya untuk melakukan diversifikasi ke bisnis lain. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: