Cirebon dan Mimpi Kota Masa Depan
Rencana pengembangan Kota Cirebon, mendapat respons positif dari masyarakat. Mereka turut berkontribusi lewat sumbangsih ide. Mulai dari pintu masuk kota, penataan Sungai Sukalila, juga kawasan di sekitar Alun-alun Kejaksan. Cirebon kota kula, kerap diungkapkan sebagai wujud ajakan. Sekaligus meningkatkan rasa memiliki. Tidak hanya mengajak warga untuk ikut mewujudkan ketertibkan, kebersihan, juga kondusitivitas. Tapi juga kepedulian terhadap kotanya. Baca: Ini Ragam Usulan Warga untuk Pengembangan Kota Cirebon Tentunya, Cirebon sebagai kota yang indah akan membuat kualitas hidup manusianya meningkat. Di belahan lainnya, ada kota-kota yang justru memperburuk kualitas hidup manusianya. Di mana saja kota yang menawarkan kualitas yang baik untuk masyarakatnya? Kita bisa melihatnya dalam daftar kota-kota yang berkelanjutan ini. Richard Register adalah orang yang pertama kali mencetuskan ide kota berkelanjutan ini. Tahun 1987, ia menulis sebuah buku berjudul Ecocity Berkeley: Building City for Healthy Future. Ia meyakini bahwa pembangunan kota harusnya tidak hanya memperhatikan sisi ekonomi saja, tetapi juga kualitas hidup manusia di dalamnya. Kota yang berkelanjutan atau sustainable city bisa didefinisikan sebagai kota yang didesain tanpa mengabaikan dampak lingkungan. Sebuah kota bisa dikatakan berkelanjutan jika ia memperhatikan keseimbangan harmonis antara perkembangan kotanya dengan perkembangan lingkungannya. Sebab jika salah satunya rusak, yang terjadi adalah ketidakberlanjutan sistem. Ada tiga pilar keberlanjutan yang dijadikan Arcadis indikator dalam mengurutkan kota-kota ini. Ketiganya adalah people, planet, profit atau manusia, lingkungan, dan ekonomi. Dari tiga pilar itu, pengurutan dilakukan dengan mengukur performa masyarakat, termsuk kualitas hidup, melihat penggunaan energi, polusi, dan emisi serta menilai lingkungan bisnis dan kesehatan ekonomi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: