Puncak Musim Hujan, Bendung Rentang Masih Normal

Puncak Musim Hujan, Bendung Rentang Masih Normal

MAJALENGKA - Di musim penghujan kali ini, debit air Bendung Rentang Jatitujuh dalam kondisi normal. Meski demikian, di tahun-tahun sebelumnya biasanya pada Januari dan Februari dalam kondisi siap (relatif tinggi) dengan posisi air di 600 meter kubik per detik atau bahkan kondisi awas dengan posisi air di 900 meter kubik per detik. Menurut Pengelola Pintu Air Bendung Rentang Yoyo Sunarya, total air Bendung Rentang, Minggu (27/1), sebesar 61,123 meter kubik per detik. Diungkapkan Yoyo, air dipasok untuk Saluran Induk Sindupraja sebesar 34 meter kubik per detik serta Cipelang sebanyak 22 meter kubik per detik, serta air baku untuk Cimanuk sebesar 3 meter kubik per detik. “Air mencukupi apalagi tadi malam ada kiriman dari Bendung Kamun yang mencapai ketinggian 1 meter atau sekitar 100 meter kubik per detik. Sehingga posisi air saat malam hari mencapai 200 meter kubik per detik,” ujarnya. Menurutnya, kebutuhan air untuk wilayah Cirebon dan Indramayu masih sangat tinggi sehubungan di kedua wilayah tersebut sebagian areal sawah masih butuh pengairan yang banyak. Bahkan, beberapa areal di antaranya baru selesai tanam, sehingga butuh pengairan yang cukup. Terkait curah hujan tahun ini di wilayah Utara Majalengka, menurut Yoyo, sangat rendah, sehingga kondisi ini berdampak pada kondisi air di Bendung Rentang. “Januari yang biasanya pasokan air melimpah hingga kondisi siap dengan posisi 600 meter kubik per detik, tahun ini sebaliknya,” tandasnya. Malah, sembungnya, selama dua hari pada Minggu kemarin, kondisi air sempat menyusut hanya sekitar 33 meter kubik per detik. Akhirnya pasokan ke SI Sindupraja hanya 19 meter kubik dan SI Cipelang sebesar 12 meter kubik per detik. Sementara itu, sejumlah petani di Kawasan Jatitujuh mengkhawatirkan kemungkinan munculnya serangan hama padi terkait kondisi cuaca yang kurang baik dan tidak menentu, terkadang hujan dan tiba-tiba cuaca panas, sementara kondisi padi akan muncul bunga. Menurut Saepudin, salah seorang petani di Desa Panyingkiran Kecamatan Jatitujuh, jika cuaca kurang baik biasanya sangat rentan serangan hama putih atau patah leher. “Bunga padi tumbuh namun akhirnya putih atau sebagian berisi sebagian hampa,” kata petani yang akrab disapa Aep ini. Hama seperti ini, menurut Aep sulit dibasmi dengan jenis obat apapun. “Air sekarang banyak malah beberapa daerah sempat banjir, namun yang kami khawatirkan sekarang adalah munculnya hama padi karena cuaca yang berubah-ubah, panas atau terkadang dingin. Ini rentan terhadap hama padi,” keluhnya. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: