Nelayan Semakin Menderita

Nelayan Semakin Menderita

Kucing-kucingan Beli Solar, Harga Ikan Murah GUNUNG JATI– Nelayan di Desa Bondet, Kecamatan Gunung jati, terpaksa mengurangi intensitas melaut, karena pasokan Bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar semakin langka. Kondisi ini diperparah dengan harga jual ikan yang murah. Nelayan asal Desa Grogol, Kecamatan Gunung jati, Subur (45) mengungkapkan, dirinya sudah dua hari tak melaut karena sulit mendapatkan BBM untuk menggerakkan motor perahunya. Biasanya, ia membeli solar ke pedagang eceran yang tersebar di desanya dengan alasan lebih mudah, tanpa harus membuat surat rekomendasi atau izin ke Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). “Solar eceran tidak ada, jadi terpaksa tidak melaut,” ujar dia, kepada Radar, Rabu (17/4). Menurut dia, pembuatan surat rekomendasi tersebut merepotkan nelayan. Apalagi, kalau harus mengurus sampai ke DKP. Sehingga, nelayan seperti dirinya terpaksa membeli solar di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Namun, karena ada pembatasan mendapatkan 10 liter solar ia harus pintar-pintar cari waktu yang tepat untuk membelinya. “Kalau pagi belinya. Biasanya kalau siang begini tidak boleh, ya kita cari waktu yang bisa aja,” terangnya. Ia mengaku, tidak memiliki surat rekomendasi DKP agar dapat membeli solar di SPBU. Ia beralasan, kebutuhan solar untuk aktivitas melautnya tidak terlalu banyak. “Saya paling butuh 6-10 liter saja, kalau banyak baru saya akan buat,” ucapnya. Dengan kebutuhan BBM yang tidak terlalu banyak, ia memilih mencari ikan di pinggir laut, agar masih dalam wilayah Kabupaten Cirebon. “Kalau melaut sampai ke Jakarta atau Tegal harus butuh modal banyak mas, jadi saya memilih di sekitar sini saja,” ungkapnya. Nelayan lainnya, Ranyo (30) mengutarakan, pertimbangan nelayan berhenti melaut tak hanya solar. Saat ini, harga jual hampir semua jenis ikan sedang murah, yakni berkisar Rp8 ribu per kilogram. Sehingga modal yang dikeluarkan untuk melaut tidak seimbang dengan hasil yang didapat. “Untuk sekali melaut rata-rata kami mengeluarkan Rp150 ribu sudah termasuk solar, makanan dan lainnya. Kemudian, setelah seharian melaut hanya dapat 10 kilogram, sementara harga ikannya Rp8 ribu per kilonya. Jadi, kami hanya dapat Rp80 ribu. Ya rugi dong,” bebernya. Ia pun meminta kepada pemerintah untuk segera mencari solusi di tengah situasi seperti ini. “Ya solar ada, harga ikan dibuat standar misalnya per kilo dihargai Rp10 ribu atau Rp12 ribu,” terangnya. Terpisah, Sekretaris Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bondet Jenawi, Desa Grogol, Kecamatan Gunung jati, Mulyanto (30) menjelaskan, kendala yang dialami oleh para nelayan ketika membuat surat rekomendasi pembelian BBM dari DKP Kabupaten Cirebon adalah kesibukan mereka melaut dan tidak mau repot. “Nelayan ini tidak suka yang ribet-ribet, dia lebih memilih beli solar ke pedagang eceran karena bisa dihutang, sedangkan kalau beli di SPBU harus cash dan harus bawa surat,” jelasnya. Diakui, ketika membuat surat rekomendasi pembelian BBM di DKP Kabupaten Cirebon tidak dipungut sepeser pun oleh para petugas dan staf. “Saya pernah dimintai bantuan untuk mengurus pembuatan surat rekomendasi itu, ya memang gratis,” ucapnya. Sayangnya, sampai kemarin Radar belum bisa mengkonfirmasi PT Pertamina (Persero) Region III Cirebon, sebab ketika mendatangi kantor Seles Area diarahkan untuk ke Pertamina Balongan Indramayu. “Kebetulan pimpinan kami sedang ada pelatihan di Balongan hingga beberapa hari ke depan, alangkah lebih baik ke sana saja,” ucap salah seorang security. (jun)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: