Citros Belum Sesuai Ekspektasi
CIREBON-Cirebon Tourism On Bus (Citros) sudah bisa dimanfaatkan masyarakat Kota Cirebon dan wisatawan. Namun operasionalnya belum sesuai dengan perencanaan. Rutenya pun hanya keliling kota. Antusias masyarakat seolah tak pernah surut. Mereka sabar antre. Meski bus bercat merah itu datang setiap satu jam. Pengelola pun menerapkan sistem booking. Lantaran panjangnya antrean. Sementara sekali angkut, Citros hanya mampu membawa 20 penumpang. Wartawan foto Radar Cirebon, Okri Riyana, yang mencoba naik Citros merasakan sendiri berkeliling kota dengan armada wisata ini. Rute yang ditempuh berawal dari Keraton Kasepuhan, lalu Keraton Kacirebonan, lurus ke Jl Kesambi Raya, Jl Brigjen Dharsono, Goa Sunyaragi, Jl Pemuda, Jl Cipto Mangunkusumo, Jl RA Kartini, Jl Siliwangi, Balaikota Cirebon, melewati Gedung Negara, kemudaian ke Jl Diponegoro, kawasan kota tua, dan balik lagi ke titik awal di Keraton Kasepuhan. Perjalanan itu memakan waktu tempuh 1 jam. Atau di jam sibuk bisa sampai1,5 jam. Di setiap objek wisata, Citros juga tidak berhenti. Tetapi pemandu wisata hanya memberikan penjelasan mengenai destinasi yang dilewati, terutama dari sisi sejarah. Rute ini tidak seperti rencana awal atau yang diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat. Di mana Citros melayani rute sampai ke Sentra Batik Trusmi dan Situs Makam Sunan Gunung Jati. Dari penjelasan Manajer Operasional Citros, Elang Haniful Ihsan, rupanya rute ini berat diongkos. Dan waktu tempuhnya terlalu lama. “Kalau lewat ke Trusmi, ke Gunung Jati itu bisa 3-4 jam,” ujar Ihsan, kepada Radar Cirebon. Waktu tempuh 3-4 jam ini berdasarkan uji coba yang telah dilakukan. Padahal ketika itu, di tiap objek hanya berhenti 1-2 menit saja. Kemacetan tentu yang jadi kendalanya. Terutama di Jl Tengah Tani-Plered, Kabupaten Cirebon. Dengan waktu tempuh yang sebegitu lama, satu unit Citros paling banyak 2-3 kali putaran dalam satu hari. Tentu ini tidak bisa merespons antusias penumpang. Juga wisatawan. Lantaran waktu tunggu yang kelewat lama. Sementara dari sisi pengelola, operasionalnya bikin tekor. BBM bus tersebut Rp200 ribu sehari. Dengan kapasitas penumpang hanya 20 orang dan tiket Rp5 ribu, tentu tidak bisa tertutupi. Belum lagi uang makan sopir dan guide. Kendala di perjalanan lainnya ialah sering terjebak macet di perlintasan kereta Jl Kesambi Raya dan Jl RA Kartini. Untuk rute dalam kota, perjalanan memakan waktu 1 jam di waktu normal, dan 1 jam 30 menit saat terjebat macet. Maruli yang menjadi pengemudi Citros mengeluhkan kemacetan. Mantan sopir bus antar kota antar provinsi ini mengaku sempat kaget. Mengingat mengemudi Citros ini tidak bisa dilajukan ala ala bus malam. Kecepatan maksimalnya 30-40 kilometer per jam saja. “Kalau nyetir bus jarak jauh kan enak. Masuk tol bisa jos. Kalau ini ya jalannya harus pelan-pelan. Pegel nyetirnya,” kata dia. Maruli adalah satu-satunya sopir Citros. Dengan delapan kali keliling kota setiap hari, tentu cukup melelahkan baginya. Makanya manajemen kemudian mengambil kebijakan untuk hanya enam kali putaran saja. Dari semula beroperasi pukul 09.00-21.00 menjadi pukul 09.00-17.00. “Harusnya sopir dua orang. Jadi bisa gentian,” ucap Maruli mengusulkan. Di balik keterbatasan operasionalnya, kehadiran Citros disambut antusias masyarakat. Guru SDN Kasepuhan, Nena (37) menyambut baik kehadiran armada ini. Kendati belum sesuai dengan ekspektasinya. “Ini sebetulnya lagi survei. Nanti ngajak murid supaya tau sejarah di Kota Cirebon,” katanya. Dari perbincangan dengan awak Citros, juga manajemen, tambahan unit memang diperlukan. Kehadiran beberapa armada lagi diharapkan bisa memangkas waktu antrean penumpang. Menutup biaya operasioanl. Sekaligus menerapkan rute sesuai dengan yang ditentukan dalam peraturan gubernur. Usulan ini, sebetulnya sudah disampaikan kepada Gubernur Jaw Barat, Ridwan Kamil. Meski baru sebatas lisan. (kri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: