Pelebaran Jalan Pasar Wates Picu Ketegangan

Pelebaran Jalan Pasar Wates Picu Ketegangan

CIREBON-Rencana pelebaran jalan dengan menertibkan lapak pedagang di Pasar Wates, Desa Karangkendal, Kecamatan Kapetakan, sempat diwarnai bersitegang antar warga. Beberapa warga memprotes, namun ada juga yang menginginkan pelebaran jalan tersebut. Ketua BPD Desa Karangkendal yang sempat menengahi, Masrukhin menuturkan, ketegangan antar warga berlangsung saat akan dilakukannya eksekusi lapak pedagang, Jumat pagi (8/3) kemarin. Untuk meredakan ketegangan, kedua kelompok warga dimediasi di Kantor Desa Karangkendal. Dikatakan Masrukhin, dengan alasan sudah menempati lapak puluhan tahun dan tidak mau rumahnya dilewati kendaraan-kendaraan besar, warga dan juga pemilik lapak, enggan menyetujui pelebaran jalan di dekatnya. Sementara itu, warga yang menginginkan pelebaran jalan, menginginkan kendaraan berat dapat melintas, agar saat ada warga yang melakukan pembangunan rumah, mobil-mobil muatan material, dapat melintas melewati jalan pasar tersebut. “Solusi pada saat mediasi dilakukan di kantor desa, akhirnya kanan kirinya dilebarin 25 cm. Jadi, setengah meter ada pelebaran jalan. Karena pada dasarnya, yang punya lapak juga masih saudara. Intinya, sekarang sudah sedikit kondusif,” ungkapnya. Dilanjutkan Masrukhin, lapak yang ingin ditertibkan, berdiri di jalan milik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR). Rencananya, hari ini (Sabtu 9/3) akan dilakukan kembali penertiban lapak pedagang yang dilakukan pedagang sendiri, dengan kesadaran masing-masing, sesuai kesepakatan mediasi kemarin. “Ada sekitar 5 lapak yang akan dibongkar. Warga yang rumahnya di dalam pasar, tuntutannya, kalau misal mau bongkar material untuk bangun rumah, sangat susah. Akhirnya minta digeser lapaknya. Sementara pemilik lapak, dengan alasan sudah puluhan tahun menetap, ngotot tidak mau digeser,” ujarnya. Senada disampaikan Babinsa Desa Karangkendal yang juga ikut menengahi warga, Tardi. Dia menjelaskan, warga yang rumahnya berada di dekat jalan yang akan dilakukan pelebaran, tidak ingin jika ada kendaraan-kendaraan besar melintas, dengan alasan dekat rumah dan segala macamnya. “Padahal tidak setiap hari, kalau ada orang bikin rumah aja. Dan itu bukan untuk proyek. Intinya itu. Namanya warga berbeda-beda, padahal itu fasilitas umum,” jelasnya. Dirinya menuturkan, mediasi yang dilakukan, telah menjadikan hubungan antar warga lebih kondusif. “Sudah sepakat, sudah mengerti. Saya jelaskan, Ini tuh bukan kepentingan pribadi, ini jalan untuk umum. Barangkali warga di belakang bikin rumah, untuk beli pasir, dan lainnya, agar lebih mudah,” katanya. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: