Satu Tersangka Tewas, Satu Buron

Satu Tersangka Tewas, Satu Buron

Pelaku Bom Boston Asal Chechnya BOSTON – Operasi penangkapan pelaku teror bom lomba lari Boston Marathon di Massachusetts, AS, berlangsung dramatis. Dua tersangka yang berhasil diidentifikasi lewat kamera CCTV itu sempat memberikan perlawanan selama pengejaran berlangsung. Dalam aksi baku tembak tersebut, salah seorang tersangka tewas. Dari pihak aparat penegak hukum, seorang polisi tewas dan seorang lagi luka parah. Dua tersangka, kakak beradik Tamerlan Tsarnaev (26) dan Dzhokhar A Tsarnaev (19) disebut-sebut berasal dari Chechnya, salah satu wilayah di Rusia. Mereka adalah imigran legal yang masuk Amerika Serikat pada 2002–2003 dan telah menjadi permanent resident. Karena baku tembak dengan polisi, Tamerlan Tsarnaev dilaporkan tewas. Sementara itu, Dzhokhar A Tsarnaev berhasil melarikan diri. Tamerlan selama ini diidentifikasi sebagai tersangka satu yang mengenakan topi hitam. Lalu, sang adik adalah tersangka dua yang memakai topi putih terbalik. ”Tersangka kedua berhasil kabur. Kita terus aktif melakukan pengejaran,” tutur Timothy Alben, pimpinan Kepolisian Massachusetts, seperti dikutip Daily Mail kemarin (19/4). Aksi pengejaran bermula saat polisi menerima kabar telah terjadi penembakan di kampus Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Cambridge. Ketika sampai di tempat kejadian, aparat penegak hukum menemukan petugas polisi MIT luka parah di mobilnya, kemudian tewas di rumah sakit. Polisi MIT ditembak setelah memergoki dua tersangka sedang merampok supermarket 7-Eleven di dekat kampus MIT. Dalam pelariannya, dua tersangka membajak mobil SUV Mercedes dan menyandera pemiliknya. Beberapa saat kemudian, pemilik mobil dilepas di sebuah pom bensin. Selama pengejaran, tersangka melepaskan beberapa tembakan dan melemparkan sejumlah granat. Dalam aksi mirip film Hollywood itu, salah seorang tersangka tertembak dan tewas di rumah sakit. Seorang polisi luka parah. Hingga tadi malam, anggota Kepolisian Boston yang dibantu agen Biro Penyelidik Federal (FBI) dan aparat penegak hukum lain masih mengepung beberapa rumah di daerah Watertown. Dzhokhar diduga bersembunyi di salah satu rumah di wilayah tersebut. ”Dzhokhar Tsarnaev sempat posting di online bakal membunuh semuanya, karena polisi telah menembak kakaknya,” tutur seorang polisi. Menurut penelusuran polisi, Dzhokhar diketahui pernah bersekolah di SMA di Cambridge, Boston. Dia menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada 2011. Nama Dzhokhar muncul dalam daftar 45 penerima beasiswa yang diberikan untuk pelajar dari sekolah Cambridge Rindge and Latin School. Dia kini menjadi mahasiswa kedokteran. Sementara itu, Tamerlan Tsarnaev tertarik menjadi petinju. Dia ingin ikut kompetisi di New England, AS, supaya terpilih menjadi anggota tim Olimpiade dan dinaturalisasi. ”Keluarga sebenarnya mengharapkan keduanya bisa pulang pada liburan mendatang,” tutur ayah Tamerlan dan Dzhokhar dalam pernyataannya di Chechnya. Sebelumnya, kepolisian Boston mengungkapkan, bom yang meledak dalam Boston Marathon Senin sore waktu setempat (15/4) atau Selasa dini hari WIB (16/4) dikemas dalam panci presto yang dimasukkan tas ransel dekat garis finis. Aparat keamanan menemukan serpihan utama panci melesat di atas gedung berjarak 30 meter dari lokasi ledakan. Bom rakitan dalam panci presto diketahui bukan teknik baru. Kelompok Al Qaeda menerapkannya beberapa tahun lalu. Al Qaeda menggunakan bom panci dalam serangan pada 2010 di Times Square, New York, dan di Pakistan. Dalam ledakan Boston, tiga orang tewas dan lebih dari 170 luka-luka. Di antara korban luka sebanyak itu, lusinan orang mesti diamputasi satu atau dua kakinya. Tiga korban tewas diketahui bernama Martin Richard, bocah laki-laki berumur delapan tahun. Kemudian, Krystle Campbell, perempuan berusia 29 tahun yang berprofesi pelayan restoran. Korban terakhir, mahasiswi Boston University asal Tiongkok bernama Lingzi Lu.   **Mahasiswa Indonesia Aman   Kondisi Boston yang mencekam karena perburuan dua tersangka pengeboman Boston Marathon berimbas pada kondisi mahasiswa Indonesia di sana. Salah satu mahasiswa program doktor Harvard University, Pandji Hadisoemarto menuturkan, hingga pukul 11.30 pagi waktu AS kemarin, mereka tak bisa keluar rumah. ”Suasanannya cukup mencekam,” kata Pandji pada Jawa Pos (Radar Cirebon Group) melalui komunikasi email di blackberry tadi malam. Pandji adalah staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung yang mendapat beasiswa di Harvard School Of Public Health. Jawa Pos pernah mewawancarai Pandji di kampusnya, Boston, tahun 2011 lalu. ”Kami awalnya di kampus, tapi diminta untuk kembali ke asrama masing-masing,” katanya. Mantan peneliti virus untuk Namru itu menjelaskan, dari komunikasi via telepon semua mahasiswa Indonesia di Boston aman. ”Kami baik-baik saja, masih bisa menggunakan telepon dan internet,” kata Pandji. Salah seorang pengebom bernama Dzokhar Tsarnaev tercatat penerima beasiswa Cambridge 2010 bersama seorang bernama Suryani Dewa Ayu. Namun menurut Pandji, Suryani bukan warga negara Indonesia. ”Kami tidak mengenalnya, kalau dia masuk Harvard biasanya kami tahu,” kata pria 37 tahun itu. (AP/AFP/rdl/c10/oki)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: