Diprotes, Bulog Siap Beli Gabah Petani

Diprotes, Bulog Siap Beli Gabah Petani

CIREBON-Bulog Divre Cirebon akhirnya menanggapi keluhan banyak petani terkait anjloknya harga jual Gabah Kering Pungut (GKP). Kasi Pengadaan Beras Bulog, Dadang menyatakan pihaknya siap membeli gabah dari hasil petani. “Intinya, kita patokannya masih dalam HPP No 5 Tahun 2015. Dari Bulog sudah siap. Kalau memang ada permintaan, kami tidak ada alasan untuk, harus siap. Tergantung pemasok yang udah siap dengan itu. Kalau itu pun harga di pasaran masih lebih tinggi dari Bulog,” ujarnya kepada Radar Cirebon saat dihubungi via ponsel selulernya, (19/3). Dadang juga membeberkan, Senin (18/3) lalu, pihaknya mengunjungi salah satu pengusaha penggilingan gabah asal Kecamatan Panguragan, H Amrin. Dalam wawancara video yang dikirimkan Dadang kepada Radar Cirebon, H Amrin mengatakan, gabah di penggilingannya berasal dari Jawa Tengah, yakni Kudus dan Demak. Harga Gabah Kering Pungut (GKP) yang paling bagus mencapai Rp4.200. Sementara untuk GKP yang paling rendah, harganya di bawah Rp4.000. Di Kecamatan Panguragan sendiri, lanjutnya, satu hektar lahan pertanian ketika panen, bisa menghasilkan tujuh ton atau lebih. Mengenai hama, pada panen tahun sekarang, tidak terlalu parah dan hanya sedikit yang terkena penyakit. “Alhamdulillah tahun sekarang hasilnya bagus semua,” jelasnya. Dirinya menuturkan, saat panen raya harga gabah sudah pasti menurun. “Apalagi produksi di kita (Kecamatan Panguragan) banyak. Kita itu kan pertanian banyak sekali di Kecamatan Panguragan. Kalau menurut saya (seperti biasanya) tiap tahun pasti turun,” paparnya. Jika panen rendeng tiba, Amrin mengatakan, hampir 60 persen hasilnya disalurkan ke Bulog. “Memang penampungannya ke Bulog itu. Hampir sebagian besar kalau yang dari Kecamatan Panguargan. Kurang lebih 60 persen kalau panen musim rendeng seperti sekarang. Hampir 60 persen ke Bulog,” ungkapnya. Sebelumnya, salah satu petani, Sutinah berharap, Bulog dapat melakukan pembelian gabah dengan segera. Namun dirinya juga tidak menginginkan harga yang terlalu tinggi. Karena disadarinya, jika Bulog menerima dengan harga tinggi, maka kebutuhan lain juga akan meningkat. “Kalau petani sih pengennya mahal. Cuma kalau pemerintah menaikan HPP (harga pembelian pemerintah), dengan sendirinya harga-harga lain ikut naik. Kalau dinaikan secara signifikan, bukan solusi. Pemerintah harganya berapa pun, yang terpenting jangan memberatkan petani,” harapnya. Pemerintah sendiri, lanjutnya, belum mengeluarkan HPP untuk beras di tahun 2019. Sementara di tahun 2018, HPP beras per kilogramnya Rp8.030. Di tahun 2019 pun, nominalnya tidak akan jauh berbeda. Sementara, aktivis HKTI Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar menyampaikan, harga gabah kering pungut saat bulan Februari tahun 2019 Rp500 ribu/kuintal, awal Maret Rp450 ribu/kuintal saat ini (pertengahan Maret) Rp400 ribu/kuintal. \"Harga gabah kering pungut selalu menurun, per kilogramnya saja dari Rp5.000 kini Rp4.500/kg,\" ungkapnya. Menurutnya, setiap panen petani langsung menjual gabahnya kepada tengkulak atau agen daripada ke Bulog. Hal ini, lantaran tengkulak telah siap membayar di tempat. Agen menentukan harga beli berdasarkan kondisi gabah yang telah dipanen. Dikatakannya, panen padi belum memberikan kesejahteraan kepada petani, karena harga gabah sudah dipastikan akan turun. \"Jumlah panen dan luas lahan sawah tidak bertambah. Tapi harga gabah terus berubah. Kita biasa menjual ke tengkulak daripada Bulog. Tengkulak dibeli kontan dan selisih harganya jauh lebih tinggi dibandingkan Bulog. Tapi karena harga lagi anjlok kita juga rugi. Ruginya selain sulit menjual untung juga sedikit,\" jelasnya. Selain itu, lanjut Tasrip, petani pada tahun ini merasa khawatir saat memasuki musim tanam II yang akan dimulai pada bulan Mei nanti. Kekhawatiran ini terjadi dikarenakan curah hujan pada tahun 2019 tidak seintens tahun sebelumnya. \"Sekarang hujannya sudah jarang. Beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan biasanya April kan sudah masuki musim kemarau. Makanya, kami khawatir akan terjadi puso atau kekeringan. Saya harap Dinas Pertanian, BBWSCC dan Waduk Jati Gede segera mengantisipasi,\" tandas Tasrip. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: