Harga Gabah Anjlok, Petani Simpan Hasil Panen
MAJALENGKA - Sebagian petani memilih untuk menyimpan hasil panennya. Bukan tanpa sebab, hal itu karena harga gabah kering merosot berkisar Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu per kuintal. Jika dipaksakan menjual, petani justru merugi atau mendapatkan sedikit keuntungan. “Harga segitu pun tergantung bandar yang membeli dan kualitas gabahnya. Untuk itu kami memilih utuk menyimpannya menunggu harga lebih tinggi,” ujar Ade, petani asal Kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan Majalengka, diiyakan petani lainnya, Nana. Saat ini, petani di Kelurahan Majalengka Kulon sudah mulai mengolah lahan untuk persiapan tanam kedua. Sedikit dari mereka yang menggunakan buruh cangkul. Kini mereka memilih menyewa traktor dengan biaya sekitar Rp 200 ribu untuk lahan seluas 1.500 meter persegi belum dengan uang makan dan minum operatornya. “Sengaja pakai mesin traktor biar lebih cepat,” ujar Ade. Sementara, Ketua KTNA Kabupten Majalengka, Kusnadi mengeluhkan dengan kondisi dan nasib para petani terutama buruh tani yang selalu terpuruk bila musim panen tiba. “Harga padi kering giling saat ini turun menjadi Rp 4.400 per kg. Sedangkan hasil panen dari 1 hektare sawah paling 4,5 ton dengan biaya lebih dari Rp 15 juta selama 115 hari,” tutur Kusnadi kepada Radar Majalengka. Itu artinya, uang yang didapat petani hanya sekitar Rp 19 juta hingga Rp 20 juta. Jika dikurangi dengan modal, petani hanya mendapat kurang dari 4 juta setelah 3 bulan menanam padi. Maka dari itu, diakuinya tidak sedikit yang menyimpan gabah menunggu harga naik. Namun tidak seluruh petani seperti itu, karena kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi. “Kalau padi dijual saat harga murah, maka biaya produksi enggak ketutup. Kalaupun untung itu kecil sekali,” jelasnya. (ara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: