Kelelahan, Petugas KPPS di Indramayu dan Cirebon Meninggal

Kelelahan, Petugas KPPS di Indramayu dan Cirebon Meninggal

CIREBON - Pemilu serentak 17 April lalu benar-benar  menguras banyak energi. Beberapa petugas yang terlibat “berguguran”. Seperti yang terjadi di Kabupaten Cirebon. Salah satu Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 13 Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon meninggal dunia, Sabtu (20/4). Adalah Letkol Inf (Purn) Ngadiono Supa’at. Mantan Dandim 0620 Kabupaten Cirebon tahun 2007-2008. Jenazah Ngadiono dikebumikan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, pukul 14.30. Hal yang sama juga dialami Casmudi (60) dari Kabupaten Indramayu. Diduga akibat kelelahan setelah menjalankan tugas sebagai Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 01, Blok Balon, Desa Tenajar Lor, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, Casmudi  menghembuskan nafasnya yang terakhir, Sabtu (20/4). Casmudi sempat menjalani perawatan di RSUD Arjawinangun setelah menyelesaikan tugasnya sebagai anggota KPPS. Casmudi merupakan pensiunan PNS PU Pengairan. Pada Kamis (18/4) sekitar pukul 05.00 WIB pagi, ia dilarikan ke RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon karena mengalami sakit di bagian perut dan faktor usia. Selain itu, Casmudi juga kurang istirahat selama dua hari karena fokus menyiapkan dan melaksanakan pemungutan dan perhitungan suara. (Berita selengkapnya bisa dibaca di halaman 14 Ayumaja). Sementara itu, informasi yang dihimpun Radar Cirebon, Ngadiono meninggal lantaran terlalu lelah mengikuti proses pelaksanaan pemilu hingga penghitungan surat suara berakhir. Dua hari dua malam ia tak tidur. Tanpa berkeluh kesah. Semua itu, ia lakukan demi kelancaran pesta demokrasi. Sebagai mantan prajurit, ia berharap pelaksanaan pemilu dapat berjalan jujur dan adil (jurdil). Sukses tanpa ekses. Tadi malam suasana duka masih menyelimuti keluarga besar Ngadiono. Air mata istri almarhum Hj Sri Mindarwati masih mengalir. Kendati demikian, Sri dan tiga anak  ikhlas atas kepergian Ngadiono. Semoga husnul khotimah. Begitulah doa yang ia panjatkan. Sri mengungkapkan, suaminya sudah pensiun sejak 2010 lalu karena mengajukan pensiun dini. Setelah menjadi Dandim di Kabupaten Cirebon tahun 2009-2010, Ngadiono dipercaya Pertamina untuk memegang salah satu jabatan penting. Sri mengaku, semangat suaminya untuk negara sejak dulu begitu tinggi. Sampai Ngadiono meninggal dunia dalam keadaan bertugas menjadi petugas KPPS di Pemilu serentak 17 April lalu. Harapan besar Ngadiono dari pemilu ini, ingin damai, aman, rukun, dan sebagai bangsa negara yang baik jangan mudah diadudomba. “Selama hidup Opa (Ngadiono, red) tidak pernah mengeluh sakit. Meski dirasa sakit pun Opa tidak pernah menunjukkan sakit. Selalu tampil prima,\" kenang Sri, kepada Radar Cirebon. Sebelum meninggal, sambung Sri, suaminya sempat dibawa ke RS Pertamina, Jumat (19/4) pagi. Dari hasil pemeriksaan dokter semuanya normal, baik jantung, tensi darah maupun suhu badan. \"Sepertinya bapak kelelahan. Lambungnya kena. Apalagi dua hari gak tidur lantaran sibuk menjadi anggota KPPS pemilu serentak. Pulang ke rumah hanya untuk salat dan mandi. Setelah itu ke TPS lagi,\" bebernya. Senada disampaikan anak pertamanya, Satria Widodo. Dia mengaku salut dengan perjuangan ayahnya dalam menjalankan tugas sebagai anggota KPPS dalam pemilu serentak. Namun, pemilu kali ini terlalu menguras banyak energi dan perlu dievaluasi. “Sehingga, bapak terlalu lelah. Meski demikian, bapak tak pernah mengeluh. Saya tahu persis, bapak sibuknya kaya gimana. Dua hari gak tidur. Tanggal 17 April, Subuh berangkat untuk persiapan penyelenggaraan pemilu sampai penghitungan lima surat suara. Kebayang capeknya. Tapi, bapak gak ngeluh. Salut sama bapak. Karena bapak ingin pemilu serentak ini jurdil,\" ujarnya. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: