Salahudin Rayyan, Satu-satunya Peserta UN SMP dengan Kertas Pensil (2)

Salahudin Rayyan, Satu-satunya Peserta UN SMP dengan Kertas Pensil (2)

CIREBON-Salahudin Rayyan adalah satu-satunya peserta ujian nasional dengan kertas pensil (UNPK), di saat 7.375 siswa SMP lainnya memakai komputer. Rayyan menjalani ujian di rumah karena baru saja menuntaskan operasi kebocoran jantung di Jakarta. Siti Nurfajar bukan sekali ini menghadapi kenyataan anggota keluarganya menderita kebocoran jantung. Penyakit bawaan yang diturunkan dari almarhum suaminya terdahulu. Rayyan baru diketahui menderita kelainan klep jantung di kelas 2 SMP. Sementara sang kakak sudah lebih dulu terdiagnosa. Bedanya, Rayyan sudah menjalani operasi dan masuk dalam tahap pemulihan. “Saya nggak nyangka dua-duanya dapat turunan dari bapaknya,\" ujar Siti, saat berbincang dengan wartawan koran ini, sementara Rayyan sibuk dengan soal ujiannya. Saat ini usia Rayyan menginjak 15 tahun. Di tengah pergulatan dengan kondisi fisik yang masih lemah pasca operasi, ia membulatkan tekad untuk tetap mengikuti ujian. Putera keduanya, sebut Siti, ingin segera masuk SMA. Rayyan berkeinginan untuk masuk ke SMK Al Hidayah Kota Cirebon. Sekolah ini dekat dengan rumah dan sudah lama jadi pilihan anaknya. Dengan kondisi pasca operasi, gerak Rayyan serba terbatas. Harusnya, ia masih bed rest untuk satu bulan ke depan. Untuk sekadar berjalan dari kamar ke ruang tamu pun, nafasnya tersengal-sengal. Tidur pun baru bisa miring. Sebelumnya, haru selalu terlentang. Meski dalam kondisi serba terbatas, Rayyan tak mau menunda kesempatan untuk ujian sama dengan siswa lainnya. Ia tegas menolak ketika diberi pilihan untuk ikut UN susulan. Untungnya, SMPN 11 membantu rayan dengan mengajukan keringanan ke Dinas Pendidikan (Disdik). Kemudian diteruskan sampai ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Keputusan pelaksanaan UN untuk Rayyan pun disetujui dengan kebijakan khusus. Meski pelaksanaan UN untuk tingkat SMP berbasis komputer, Rayyan mendapat kesempatan ujian dengan kertas pensil. Hal tersebut membuatnya jadi satu-satunya siswa SMP yang melaksanakan UNKP di Kota Cirebon. Kertas soal diantarkan pengawas ke rumah Rayyan langsung di Jalan Situgangga RT 04 RW 09, Kelurahan/Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Help desk Ujian Nasional Berbasi Komputer Disdik Kota Cirebon Eka Awan SS SSi yang juga berada di lapangan turut memantau jalannya ujian Rayyan. Pelaksanaan UN untuk Rayyan pun menyesuaikan dengan kondisi tubuhnya yang masih harus bedrest memasuki siang hari. Ujiannya dimulai lebih cepat yakni pukul 09.00-11.00 WIB. Sementara untuk pelaksanaan UNBK lainnya dilakukan mulai 11.30-12.30.  Untuk soal, khusus bagi Rayyan setiap hari harus dicetak. Tapi, pencetakannya hanya bisa satu kali dengan aplikasi khusus untuk meminimalisasi duplikasi. Soal ini pun setiap hari password-nya diganti. Kemudian di lembar soalnya sudah tercetak nama siswa. Setelah ujian selesai, lembar jawaban langsung dipindai dan dikirimkan. Siti begitu mendukung tekad Rayyan untuk menuntaskan pendidikan. Meski ia pun harus berjuang keras dengan dua buah hatinya. Muhammad Diahulhaq, kakak Rayyan terpaksa harus putus sekolah karena kebocoran katup jantung. Ikuti kisahnya di edisi besok. (myg/bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: