Mulai H-10 Lebaran Tak Boleh Jualan di Pinggir Jalan

Mulai H-10 Lebaran Tak Boleh Jualan di Pinggir Jalan

CIREBON- Sejumlah pasar tradisional dan jalur pusat kuliner di Kabupaten Cirebon berpotensi menggangu arus mudik. Karena itu, segera ada penertiban. Polisi memastikan mulai H-10 Lebaran tak ada lagi pedagang di pinggir jalan. Salah Satu titik rawan macet adalah jalur depan Pasar Sandang Tegalgubug. “Setiap tahun tersendat, banyak yang nyeberang jalan dan mobil yang parkir membongkar barang. Tapi, sebelum H-10 nanti, kita dan satlantas akan melakukan penertiban. Dan pada H-10 nanti, pedagang yang di pinggir jalan sudah didorong masuk. Tak boleh di bahu jalan selama arus mudik. Mobil juga tidak boleh parkir di bahu jalan,” kata Kapolsek Arjawinangun, AKP Sukhemi. Selain penertiban terhadap pedagang dan sopir yang parkir sembarangan, polisi juga sedang mempersiapkan pembuatan tolo-tolo untuk memblokade u-trun di Pasar Sangdang Tegalgubung. “Jadi u-trun dekat Pasar Sandang Tegalgubug nanti H-10 juga kita tutup. Kecelakaan lalu lintas dan terhambatnya jalur lalu lintas biasanya disebabkan banyak pengendara yang belok di u-trun,” terang Sukhemi. Terpisah, Kasat Lantas Polres Cirebon AKP Ahmat Troy Aprio mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan persiapan untuk pengamanan Operasi Ketupat Lodaya 2019. Petunjuk jalan, rambu peringatan-peringatan, tolo-tolo, personel, dan lainnya, sedang disiapkan. “Sarana prasarana sudah kita siapkan. Kita juga siapkan pos polsek dan pos polres untuk dijadikan rest area,” kata Troy. Troy mengaku, dari Polres Cirebon akan menyiapkan 30 pos polisi. Sedangkan polsek-polsek sekitar 28 pos yang ada di sepanjang jalur dari perbatasan Indramayu hingga perbatasan Brebes. ”Berarti ada lebih dari 50 pos. Jadi,  setiap sekitar 5 KM, pemudik akan bertemu dengan anggota kami di pos. Itu boleh disinggahi sebagai rest area kalau memang pemudik pengin istirahat,” lanjut Troy. Ia juga mengaku sudah melakukan pengecekan jalur pasar tumpah dan jalur kuliner. Di wilayah hukumnya sendiri ada sekitar 5 pasar tumpah. Di antaranya Pasar Tegalgubug, Pasar Minggu Palimanan, Pasar Kue Plered, Gebang, dan Losari. “Sudah kita datangi semua dan sudah kita koordinasikan dengan pengelola pasar,” ucapnya. Troy menjelaskan, dalam kewenangannya hanya bisa menertibkan pedagang berjualan agar tidak berjualan di trotoar, tidak boleh keluar dari lapak yang ditentukan. Penyeberangan juga diatur guna mengurangi orang yang menghambat arus lalu lintas pemudik yang lewat di pasar. “Penertiban itu dilakukan kalau memang ada aktivitas pasar tumpah,” jelasnya. Sementara itu, di jalur kuliner seperti empal gentong, Polres Cirebon juga akan melakukan berbagai persiapan antisipasi. Salah satunya dengan menyediakan lahan parkir kepada pengunjung agar arus lalulintas di jalan tersebut lancar. “Di jalur kuliner, kita akan kordinasi dengan Polres Cirebon Kota. Kalau memang ramai pengunjung, untuk lebih mengatur parkirnya. Kalau memang sudah penuh, kita alihkan parkirnya,\" terangnya. Kepada semua pihak, Troy mengimbau agar lebih tertib saat arus mudik. “Silakan berjualan, kita tidak melarang. Kita tetap bekerjasasama. Namun, tidak mengganggu pengguna jalan atau pemudik agar sama-sama enak, tertib, pemudik lancar, dan jualan juga tetap lancar,” pungkasnya. Sementara itu, salah satu titik pasar tumpah di wilayah timur Cirebon adalah Pasar Mundu. Kapolsek Mundu AKP Iwan Gunawan tidak memungkiri jika titik pasar tumpah di Desa Mundu Pesisir itu sedikit banyak bakal mengganggu arus mudik. Paslanya, selain tidak punya lahan parkir, posisi pasar tersebut persis berada di tepi jalur utama pantura. “Mundu memang jadi titik perlambatan. Untuk lokasi itu nanti akan kita lakukan beberapa rekayasa agar lalu lintas tetap lancar. Persoalan utama itu karena ketiaadan lokasi parkir dan posisinya yang persis di tepi jalan pantura. Ini yang butuh perlakuan khusus,” ujarnya kepada Radar Cirebon.  Dia menjelaskan, saat pelaksanaan operasi pengamanan arus mudik 2019, Polsek Mundu akan memasang kanal atau penghalang. Tujuannya, agar lalu lalang dan aktivitas pasar tidak menganggu para pemudik. “Nanti ada kanalisasi. Ini agar tidak ada yang parkir atau kendaraan umum yang menaikturunkan penumpang dan barang di sekitar lokasi pasar. Untuk titik penyeberangan juga akan kita bikin satu titik agar tidak terlalu mengganggu pemudik. Ini akan kita terapkan mulai H-7 sampai dengan H+7,” imbuhnya. Ditambahkan Iwan, untuk memastikan lokasi tersebut tidak menjadi titik macet, nantinya akan ada pospam khusus yang ditempatkan di depan Pasar Mundu Pesisir. Selai itu, rekayasa lainnya adalah memindahkan sementara lokasi parkir kendaraan para pedagang, pengunjung serta mobil pengiriman barang ke samping Balai Desa Mundu Pesisir. Sementara itu, titik macet lainnya ada di Gebang. Titik ini rawan terjadi kepadatan karena ada dua pasar di lokasi ini. Yakni Pasar Desa Gebang Mekar dan Pasar Desa GebangIlir. Selain dua pasar tersebut, ada penyebab lainnya yang membuat potensi kemacetan di lokasi ini begitu tinggi. “Di Gebang selain ada dua pasar, ada titik putar juga yang ke arah Pabuaran. Ini rawan macet juga karena di hari-hari tertentu jalan Pangeran Sutajaya yang mengarah ke Pabuaran ini ada pasar dadakan yang tidak saat mudik saja sudah macet. Ada juga pedagang ikan yang dipantura dan tukang becak. Ini tentu butuh perlakuan khusus,” tandas Sekdes Gebang Ilir, Abdul Manap. Dikatakannya, selain keberadaan pasar tumpah , titik kemacetan di Gebang terjadi karena posisi dan kontur jalan yang cenderung naik ketika hendak melintas jembatan. Sehingga otomatis membuat laju kendaraan tersendat. “Di Losari ada pasar, tapi adanya di sisi arus balik. Kemungkinan kalau macet ya terjadi di Mundu dan Gebang,” ungkapnya. (cep/dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: