Polri Bentuk Tim Investigasi Korban Meninggal
CIREBON-Sedikitnya 8 orang tewas dalam aksi kerusuhan di Jakarta, 21-22 Mei. Meski para korban diklaim sebagai perusuh, Polri telah membentuk tim investigasi untuk mengusutnya. Polri memastikan akan mengusut kematian para korban meninggal itu. Polri pun telah membentuk tim investigasi untuk mengusutnya. “Pak Kapolri (Jenderal Pol Tito Karnavian) sudah membentuk tim investigasi yang akan dipimpin Irwasum (Inspektur Pengawasan Umum) Polri guna menyelidikinya dari semua aspek, hingga sampai adanya korban tersebut,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal. Diakui Iqbal, dari para korban tewas, satu di antaranya teridentifikasi diduga terkena peluru tajam. Namun, saat ini pihaknya masih menunggu hasil otopsi yang dilakukan tim Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri untuk memastikannya. “Untuk memastikan penyebabnya masih kita tunggu dari hasil otopsinya. Di sisi lain, kami juga masih mendalami asal peluru tajam yang memang ditemukan saat aksi massa. Karena perlu ditegaskan anggota yang melakukan pengamanan tidak diberikan peluru tajam,” tandasnya. Iqbal mengatakan korban yang tewas adalah massa perusuh, bukan massa lainnya. “Perlu kami sampaikan ke publik, bahwa korban meninggal dunia itu adalah massa perusuh, bukan massa yang sedang berjualan, atau massa yang sedang beribadah, tidak benar. Bapak Kapolri sudah membentuk tim investigasi,” tegas Iqbal. Sementara itu, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, dalam giat aksi unjuk rasa massa yang diwarnai kericuhan pada 21-22 Mei, ada 20 anggota mengalami luka-luka akibat serangan pendemo yang terjadi di beberapa wilayah. Dari 20 anggota terluka itu, kata Dedi, masing-masing 14 anggota di Jakarta, 4 di Pontianak, Kalimatan Barat, 2 anggota di Sampang, Madura, Jawa Timur. Dedi menjelaskan, jika para anggota yang terluka itu mayoritas mengalami luka akibat terkena lemparan batu dan benda keras lainnya. “Saat ini semua anggota sudah mendapatkan penanganan medis dari tim Dokkes dan kondisinya sudah membaik,\" jelasnya. Sementara itu, Jakarta dipastikan sudah aman dan kondusif. Namun, pengamanan masih diberlakukan secara ketat. “Situasi sampai dengan hari ini (Kamis, red) relatif kondusif. Tidak ada hal-hal yang mencurigakan,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Gatot Eddy Pramono di depan Gedung Bawaslu RI, Jakarta, Kamis (23/5). Meski demikian, dia mengatakan sistem pengamanan dan penempatan aparat keamanan masih dilakukan sama dengan beberapa hari belakangan. “Kita ada di Bawaslu dan tempat-tempat lain yang berpotensi kerawanan seperti DPR, Bawaslu, serta lokasi lainnya,” katanya. Selain itu, Gatot juga mengatakan akan menindak tegas pihak-pihak yang melakukan tindakan anarkis dalam melakukan unjukrasa. “Kita menghormati hak bernegara menyampaikan aspirasi. Tapi jika melakukan tindakan membahayakan, kita akan menindak sesuai dengan ketentuan hukum,” tandas kapolda. Menurutnya, demokrasi di Indonesia bukan tanpa aturan, melainkan demokrasi yang bersifat absolut dengan adanya hukum yang mengaturnya. “Tidak boleh di negara ini orang-orang melakukan tindakan anarki. Negara kita adalah negara hukum,” ucapnya. Sementara itu, dalam upaya menjaga keamanan Jakarta untuk tetap kondusif, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, sebanyak 58 ribu personel TNI-Polri dikerahkan untuk berjaga-jaga di beberapa titik penting. Yakni Gedung Bawaslu, KPU, Istana, MPR/DPR dan Mahkamah Konstitusi. “Saat ini dikerahkan sedikitnya 58 ribu personel gabungan TNI-Polri dengan empat titik focus pengamanan yakni Bawaslu, KPU, Istana, Gedung MPR/DPR. Dan satu lagi yang diantisipasi adalah pengamanan di Gedung MK,\" katanya. (mhf/gw/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: