Hilmi Akui Bertemu Fathanah

Hilmi Akui Bertemu Fathanah

Tegaskan Tak Bahas Kuota Impor Daging di Lembang JAKARTA - Kesaksian Elda Devianne Adingrat soal adanya restu petinggi PKS dalam pengaturan kuota impor daging sapi, membuat Hilmi Aminuddin kebakaran jenggot. Setelah menjalani pemeriksaan di gedung KPK kemarin (16/5), ketua Majelis Syuro PKS itu menegaskan tidak ada persetujuannya dalam penambahan kuota daging impor kepada PT Indoguna Utama. Hilmi juga menepis adanya komitmen fee Rp17 miliar yang diminta anaknya, Ridwan Hakim, atas penambahan kuota tersebut. \"Tidak ada (aliran dana, red). Tidak benar,\" tegas Hilmi singkat. Tim penyidik KPK memeriksa lagi Hilmi sebagai saksi untuk tersangka Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaaq (LHI). Hilmi diperiksa kembali untuk kedua kali dalam satu minggu. Sama seperti sebelumnya, Hilmi yang datang sekitar pukul 08.48 dan baru keluar pukul 14.15. Sebelum menuju mobilnya, Hilmi mengatakan bahwa dalam pemeriksaan, dirinya diperlihatkan berbagai foto. Dia tidak menyebut dengan rinci berapa jumlah foto. Hilmi hanya memastikan bahwa sebagian besar orang di foto itu tidak dikenalnya. Namun, dia mengakui kalau dari beberapa foto itu ada muka Fathanah. \"Di Lembang itu foto rombongan Pak Aksa Mahmud yang sebelum Idul Adha menjadi tamu saya. Di rombongan itu ada Fathanah,\" katanya. Namun, Hilmi tidak merinci Idul Adha tahun berapa pertemuan itu terjadi. Termasuk, apakah dia sempat berbincang banyak dengan Fathanah. Saat itu, Hilmi mengantar rombongan Aksa Mahmud ke sebuah lembaga inseminasi buatan untuk ternak milik pemerintah (Kementan). Dia tidak membeberkan lebih jelas lagi soal aktivitas-aktivitas di dalam foto tersebut. Saat ditanya lebih mendalam, Hilmi memilih diam sambil berjalan menuju mobil. Seperti diberitakan sebelumnya, pertemuan di Lembang menjadi ramai setelah disebut di pengadilan Tipikor. Dalam sidang untuk terdakwa Arya Abdi Effendy dan Juard Effendi Rabu (15/5), saksi Elda Devianne menyatakan bahwa penambahan kuota impor daging sudah beres. Sebab, Fathanah menyebut sudah mendapat dukungan dari petinggi PKS seperti Hilmi, LHI, dan Menteri Pertanian Suswono. Pada pemeriksaan pertama, Hilmi ditanya soal rekaman antara seseorang yang diduga Ridwan Hakim dengan Fathanah. Rekaman itu berisi permintaan uang Rp17 miliar untuk seseorang yang diduga adalah disebut \"enkong\". Dugaannya, kode itu untuk menggambarkan sosok Hilmi Aminuddin. Kuasa hukum PKS Zainuddin Paru memastikan bahwa tidak ada pertemuan khusus antara Hilmi dan Fathanah. Dia juga mengatakan dari sekian banyak foto yang ditunjukkan penyidik, tidak ada two shoot di antara keduanya. \"Di foto yang tampak hanya Pak Aksa (Mahmud, red),\" jelasnya. Dia juga membenarkan kalau mantan orang terkaya ke-24 pada 2004 itu datang ke tempat Hilmi. Versinya, foto yang terdapat gambar Fathanah tidak menjadi satu dengan Hilmi. Saat disinggung kenapa Fathanah bisa ikut ke Lembang, Zainuddin tidak tahu pasti. \"Bisa jadi dia datang karena dibawa atau membawa (Aksa Mahmud, red). Yang jelas, Aksa Mahmud datang bersama dengan Fathanah,\" tuturnya. Nah, pertemuan itu juga diakui menjadi yang pertama dan terakhir. Karena setelah itu tidak ada pertemuan lagi hingga nama Fathanah mencuat setelah operasi tangkap tangan KPK. Zainuddin juga menjelaskan mengenai nama Ridwan Hakim yang dicatut Elda dalam persidangan. Dia menyebut kalau anak Hilmi itu memang biasa pergi keluar negeri. \"Kalau hubungan pribadi saya tidak begitu tahu. Sekali lagi, siapa pun bisa dijual Fathanah, apakah Ridwan atau Ustad Hilmi,\" tegasnya. Itulah kenapa, dia mengaku sulit membayangkan kalau Ridwan sampai harus terbang ke Kuala Lumpur untuk membicarakan impor daging sapi. Apalagi, kota di negeri Jiran itu menurut Zainuddin memang sangat sering dikunjungi Ridwan. Di samping itu, Ridwan juga tidak memiliki bisnis soal daging. Terpisah, keterangan Elda Devianne di pengadilan tipikor yang menyebut bahwa Fathanah meminta uang senilai Rp1 miliar untuk diberikan kepada PKS, dibantah langsung oleh pengurus partai berlambang bulan sabit kembar itu. Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid menegaskan, PKS tidak pernah menugaskan Fathanah untuk mencari dan meminta uang untuk partai. \"PKS tidak pernah menugaskan AF untuk meminta uang kepada siapa pun,\" ujar Hidayat di gedung parlemen, Jakarta, kemarin (16/5). Menurut Hidayat, kesaksian itu merugikan PKS karena masih berdasar keterangan sepihak. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa uang tersebut sampai ke PKS dalam bentuk sumbangan. \"Itu jelas merugikan partai. AF bukan kader dan panitia partai, bukan panitia pencari dana di PKS. Kami banyak kader kok, ngapain mesti minta bantuan orang luar,\" ujarnya. Hidayat menilai, partai mana pun tentu tidak ingin menerima sumbangan yang bermasalah. Keterangan yang disampaikan Elda bahwa sumbangan itu tidak terkait dengan impor sapi. DPP PKS sendiri tidak memahami sama sekali persoalan impor daging sapi yang disinggung ini. \"Apakah ada sumbangan atau tidak, saya tegaskan itu harus dibuktikan di pengadilan. Sekarang proses pengadilan sedang berjalan. KPK saja mengatakan tunggu di pengadilan, PKS juga demikian,\" urainya. Sementara itu, terkait Ridwan Hakim yang disebut aktif melakukan lobi terkait izin impor sapi dan terungkap di persidangan, Hidayat menegaskan Ridwan bukan pengurus partai. Saat ini tidak terdaftar dalam kepengurusan DPP PKS nama Ridwan Hakim. \"Bukan pengurus, bukan staf khusus. Bahwa beliau putra Pak Hilmi iya. Kalau terlibat kegiatan partai dalam posisi beliau anggota, ini mungkin lah. Tapi pengurus jelas tidak,\" ujar mantan Presiden PKS itu. Mengenai itu semua, Jubir KPK Johan Budi SP mengatakan pihaknya tetap melakukan validasi. Akan bernilai benar jika pernyataan tentang pertemuan di Lembang itu didukung dengan bukti-bukti. Dia juga menyebut kalau setiap orang sah memberikan keterangan menurut versi mereka. \"Apakah pengakuan Hilmi, Elda atau pihak lainnya akan divalidasi oleh penyidik,\" tuturnya. Proses validasi sendiri bisa melalui kroscek ke saksi lain, bukti dalam bentuk surat, foto, hingga rekaman. Terkait kenapa Hilmi kembali diperiksa, Johan menyebut pemeriksaan pada Selasa (14/5) belum tuntas. Pada bagian lain, Fathanah kembali dijenguk istrinya, Sefti Sanustika di rumah tahanan KPK, Kuningan, kemarin (16/5). Mantan biduan dangdut itu pada sejumlah wartawan mengatakan selain melihat kondisi suaminya, dia juga ingin menanyakan perihal temuan PPATK terkait aliran dana ke 20 nama, termasuk kepada beberapa perempuan. \"Saya belum tahu, makanya mau saya tanyakan ke bapak,\" paparnya saat ditanya soal temuan PPATK tersebut. Sefti siang itu datang sekitar pukul 10.00 bersama tiga temannya. Dia menjenguk suaminya sekitar 1,5 jam. Ketika keluar, Sefti memilih tidak banyak bicara. Termasuk ketika ditanya seputar temuan PPATK yang sebelumnya akan ia tanyakan ke Fathanah. \"Tanya saja ke KPK ya,\" ujarnya sembari berjalan menuju mobilnya yang berada di samping gedung KPK. Menurut Sefti, dia sudah mendapatkan penjelasan dari suaminya terkait hal tersebut, namun dia mengatakan tak bisa menyampaikannya ke publik. Seperti diketahui, sebelumnya PPATK mengungkapkan adanya aliran dana dari Fathanah ke 20 perempuan. Sebelumnya, Ketua PPATK M Yusuf mengatakan aliran dana itu nilainya bervariasi, antara Rp40 juta hingga Rp1 miliar. Namun PPATK sendiri tidak tahu konteks aliran dana itu. Saat menuju ke mobil yang sudah menunggunya, Sefti malah lebih banyak mengalihkan perhatian dengan bicara terkait kondisi Fathanah. \"Bapak baik-baik saja, tadi saya bawakan pakaian dan makanan kesukaannya,\" jawabnya ramah. Sefti mengenal Fathanah pada Juni 2011 melalui perantara seorang teman. Pada Desember tahun yang sama dia bersedia dinikahi Fathanah yang kala itu mengaku duda. Walaupun Fathanah dikenal memiliki hubungan dengan banyak perempuan, namun Sefti mengaku dialah satu-satunya istri sah pria asal Makassar tersebut. Meski sudah hampir dua tahun menikah, tapi Sefti tidak tahu apa sejatinya bisnis suaminya. Termasuk dia juga tidak tahu-menahu seputar peran Fathanah dalam perkara yang menjeratnya saat ini. Dari pernikahannya dengan Fathanah, Sefti dikaruniai seorang bayi perempuan yang masih berusia tiga bulan. (dim/bay/gun/agm)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: