PPDB, Jangan Lupakan Peran Sekolah Swasta
CIREBON-Di tengah ingar bingar Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA negeri, nasib berbeda barangkali dirasakan oleh sejumlah sekolah swasta. Isu penutupan sekolah hampir selalu menghantui setiap memasuki tahun ajaran baru. Hal tersebut tentunya menjadi ironi tersendiri. Mengingat, sebelum negara mampu memberikan pelayanan pendidikan bagi warganya, banyak sekolah yang dirintis dan dikelola secara mandiri oleh kalangan swasta. Seperti oleh para ulama melalui pendidikan pesantrenya Kalangan nasionalis dengan Perguruan Taman Siswa/bumiputra, serta kalangan misionaris dengan sekolah zending-nya. Terutama di daerah daerah terpencil. Kondisi demikian tentu harus menjadi perhatian. Terlebih bagi sekolah yang memiliki kiprah dan sejarah panjang bagi dunia pendidikan Indonesia. Salah satunya adalah Perguruan Taman Siswa. Di Kota Cirebon sendiri, Perguruan Taman Siswa didirikan sejak tahun 1923. Perguruan Taman Siswa Kota Cirebon juga menjadi perguruan kedua yang dibangun oleh Ki Hajar Dewantara setelah yang pertama didirikan di Jogjakarta. Kepala SMK Taman Siswa Cirebon Drs Moch Supardan menyampaikan, saat ini jumlah siswanya tidak sebanyak dua puluhan tahun lalu. Waktu itu, jumlah siswanya bisa mencapai 1.500 orang. Sekarang rombongan belajar pun maksimal tiga untuk masing-masing tingkatan. Itu juga dibagi tiga program keahlian. Yaitu teknik kendaraan ringan, teknik ketenaga listrikan dan teknik permesinan. “Fasilitas praktek kita lengkap. Alumni kita juga banyak. Banyak yang sudah menjadi orang. Untuk PPDB ini, kita juga buka stan di sekolah negeri untuk menampung siswa yang tidak diterima di negeri,” ungkapnya. Setelah ada peraturan pemerintah yang mendorong adanya SMK, hal tersebut justru memberatkan kondisi sekolah swasta yang sudah ada. Setiap tahun siswa di sejumlah sekolah swasta jumlahnya semakin menyusut. Supardan yang juga merupakan Forum Komunikasi Kepala Sekolah Swasta (FKKS-SMK) Kota Cirebon ini menuturkan, setiap tahun ada saja sekolah swasta yang terpaksa tutup karena kekurangan siswa. Sekolah swasta kebanyakan mengandalkan operasionalnya dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Bagi sekolah yang jumlah siswanya sedikit tentu merasa kesulitan. Menurutnya, kondisi demikian tentu saja menjadi mimpi buruk bagi sekolah swasta lainya. “Tahun kemarin SMK Analisis Kimia. Tahun sekarang, infonya SMK Aikindo Mandiri yang di Kriyan juga akan ditutup. Alasanya sih saya kurang tahu,” ujarnya. Untuk mencegah mimpi buruk itu terjadi, pihaknya berharap pemerintah memiliki solusi atas masalah yang dihadapi oleh sekolah swasta. Mengingat, besarnya peran swasta dalam memajukan dunia pendidikan sesuai amanat Undang-undang Dasar 1945. Selain itu, pihaknya juga berharap sekolah swasta lain yang memiliki banyak peminat untuk melakukan seleksi terhadap calon siswa. “Kita berharap, semuanya sama sama untuk meningkatkan mutu pendidikan,” harapnya. (awr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: